"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan." QS.
At Tahrim: 6.
Menguatkan kembali visi keluarga muslim, menjadi Pemimpin Dunia,
Bersama Hingga ke Surga. Sebagaimana pesan guru kita, Ustadz Budi Ashari, Lc
dalam buku Inspirasi dari Rumah Cahaya,
4 Visi Keluarga Muslim
1. Menyejukkan Pandangan mata
2. Pemimpin bagi masyarakat bertaqwa
3. Terjaga dari api neraka
4. Bersama Hingga ke Surga
Begitu indah takdir Allah mempertemukan kita, dalam satu ikatan
keluarga. Bukan karena sedarah, bukan karena kepentingan duniawi, melainkan
atas kesamaan visi.
Mendidik generasi peradaban, pejuang kemuliaan Islam dan kaum
Muslimin. Melahirkan generasi
gemilang di usia belia.
MasyaaAllah sungguh mulia ikatan persaudaraan ini. Sungguh kokoh ikatan ini
melebihi ikatan selainnya. Bukan sekedar kelompok walisantri karena kesamaan
tempat sekolah putra-putri.
Bukan. Tapi ini adalah barisan.
Barisan para pejuang di jalan-Nya. Maka, sudah semestinya kita
selalu merapikan barisan, mengokohkannya dan memastikan semua pejuangnya berada
dalam visi yang benar.
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh." QS.
As Saff: 4
Para pengemban amanah, dengan beban berat di pundak yang harus
dipertanggung jawabkan di hadapan Rabb-Nya. Berusaha senantiasa mengontrol dan
mengarahkan agar selalu berada dalam barisan perjuangan yang benar. Maka tugas
kita, sami'naa wa atho'naa. selama bukan dalam kemaksiatan. Dan tentu bukan itu
tujuan perjuangan kita.
Mari bersama-sama berlayar mendidik generasi dengan menguatkan
nahkodanya. Tundukkan ego, rendahkan hati, tawadhu' di hadapan Rabb kita.
Tidak ada kecewa ketika kita diingatkan. Tidak marah ketika ada
ketegasan. Tidak saling dengki ketika dinasehati. Tidak ada ghibah karena semua
tentu jijik memakan daging bangkai saudara sendiri.
Nasehat adalah tanda cinta dalam keluarga. Untuk satu visi yang
sama, melahirkan keturunan (anak-anak kita) sebagai generasi yang menyejukkan
mata, pemimpin bagi masyarakat bertaqwa, terjaga dari api neraka dan bersama
hingga ke surga.
Kita adalah keluarga. Saling mengisi dan melengkapi. Saling mengingatkan,
mendukung dan menguatkan.
Sementara di sudut lain, sungguh hati ini malu, melihat para
pejuang itu berlomba. Bukan, bukan
berlomba untuk mengejar pengakuan ataupun pujian. Bukan beradu untuk
menunjukkan siapa lebih berilmu. Namun, berlomba memainkan peran terbaik di
hadapan Rabb-Nya. Ya, di hadapan Rabb-Nya. Bukan untuk mengejar penilaian
manusia. Pandangan ini menjadi saksi atas jerih payah beliau-beliau semua.
Dalam kapasitas masing-masing.
Menginfaqkan hartanya, mencurahkan segenap tenaganya, mengucurkan
peluh lelahnya, mempersembahkan waktunya, menyumbangkan apapun yang
dimilikinya, mengorbankan harta, jiwa dan raga terbaiknya.. untuk perjuangan
mendidik generasi ini. Semuanya dipersembahkan dengan tulus ikhlas. Semata
mengharap ridho Rabb-Nya.
Sungguh betapa malunya diri ini, tak mampu berkontribusi apa-apa.
Hanya do'a yang bisa kami panjatkan. Semoga Allah meridhoi perjuangan keluarga
ini, semoga Allah memberkahi setiap usaha pengorbanan dan kelelahan beliau
semuanya.
Semoga kita terus menjadi keluarga, tidak hanya Se-Kuttab,
melainkan Se-Surga.
Mari terus mencambuk diri, "Wahai diriku, janganlah banyak
engkau mencela dan mencari celah, sibuk dalam perdebatan yang hanya membuat
lelah, lihatlah saudaramu telah banyak mengambil perannya, lillah. Lalu, apa kontribusimu?"