23 April 2020

Rumahku Taman Surgaku


(Inilah kisah romantisme sebuah rumah tangga)

“Semangat menuntut ilmunya jangan hanya ke ustadz-ustadzah saat kajian di luar saja, tapi pada suaminya juga ya” pesan Ahmad tak pernah jemu mengajak istrinya bermajelis ilmu di rumah.

Ba’da subuh seringkali Sakinah, sang istri beralasan, “masih mau nyuci, belum masak, bla, bla, bla.” Keesokan harinya dengan wajah mesem Ahmad sudah siap duduk di majelis menunggu muridnya (baca: istrinya). Sakinah mengintip dapur. MasyaaAllah.. cucian piring sudah tertata rapi di raknya. Lantai sudah kinclong. Rice cooker sudah menyala.  Ahmad membatin, “hayo mau alasan apa lagi.” Sakinah tersipu malu. Bergegas merapikan diri, mengambil buku dan pulpen, duduk menunduk di hadapan suaminya.
Sejak awal menikah, perkakas yang pertama mereka beli adalah papan gabus dan kertas origami warna-warni untuk menuliskan jadwal majelis ilmu di rumah. Hari-hari awal berjalan lancar.. namun semakin kesini semakin longgar. Sakinah selalu beralasan, namun Ahmad terus-menerus membujuk agar cahaya taman surga di rumah mereka tak pernah padam.
Hingga, masyaaAllah.. di tahun ini, Allah memberikan hikmah yang begitu luar biasa melalui tentara kirimannya, corona, menjadikan mereka kembali menghidupkan taman surga yang hampir gersang karena alasan kesibukan. Setiap pagi hari disuguhi kesejukan mata air ilmu yang menyegarkan dari guru mereka, ustadz Budi Ashari, Lc (kajian Sapa Pagi).  Menjelang siang, istirahat qoilullah sembari terus memperdengarkan lantunan ayat-ayat Al Qur’an, setoran para santri dari rumahnya.
Sore hari Ahmad akan mengajak Sakinah beserta putra pertama mereka, bermajelis kembali. Mendengarkan Ahmad berkisah ataupun membacakan buku kesukaan sang putra. Menjelang magrib, saling menyimak hafalan Al Qur’an masing-masing. Ba’da magrib, tak henti-hentinya taman surga dihidupkan. Ahmad berperan sebagai guru ruhiyah bagi seluruh anggota keluarga. Tentu dengan keriwehan mengondisikan putra mereka agar tidak rewel. Terkadang bisa anteng, namun sering juga sambil menggendong, ataupun dengan pemandangan majelis yang penuh air tumpahan dari gelas minumnya.
Namun, sungguh..  ada sebuah kenikmatan yang tentu tidak bisa tergambarkan dalam kata. Ketenangan yang merasuk menguatkan visi misi rumah tangga. Bersama dalam ketaatan, merajut mahabbah hingga ke surga. “Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir (mengingat) Allah, melainkan mereka dikelilingi oleh para malaikat, diliputi oleh rahmat, diturunkan ketenangan dan mereka disebut oleh Allah di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Melalui taman surga dunia, mereka berharap limpahan ridho Allah untuk berkumpul kembali di taman surga sesungguhnya. Menghadirkan indahnya taman surga di dalam rumah mereka. Menghidupkannya dengan majelis ilmu nan bercahaya.
“Jika kalian melewati taman surga maka berhentilah. Mereka bertanya, “Apakah taman surga itu? Rasulullah menjawab, “majelis-majelis ilmu” (HR.Tirmidzi).
Salah satu sumber kebahagian adalah rumah yang lapang. Bukan lapang karena besar secara ukuran, melainkan hati merasakan lapang dan nyaman karena ketaatan. Lapang dengan majelis ilmu, lapang karena dibacakan Al Qur’an, lapang karena saling mendukung dalam kebaikan.
Sesungguhnya rumah yang dibacakan Al Qur’an di dalamnya akan menjadi luas bagi pemiliknya, malaikat mendatanginya, setan menjauhinya dan banyak kebaikannya. Dan rumah akan menjadi sempit bagi pemiliknya, malaikat menjadi terhalang, setan hadir dan sedikit kebaikannya jika tidak dibacakan Al Qur’an dalam rumah tersebut. (HR. Ad Darimi)
Mudah-mudahan ikhtiar menghadirkan taman surga di rumah-rumah kaum mukmin menjadi perantara Allah mengampuni dosa-dosa dan menggantinya dengan kebaikan yang terus mengalir seperti mata air salsabila..
“Tidaklah suatu kaum, kemudian mereka berdzikir kepada Allah dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka: Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan.” (HR. Thabrani)
Niscaya rumah kita bak taman surga yang selalu dirindukan.

Yaa Allah, bimbing kami..

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab