30 Juli 2020

Oleh : Herman Anas

Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah. Allah memberikan kehidupan, waktu, tempat dan kesehatan agar manusia bisa optimal untuk beramal mendekatkan diri kepada Allah. Semua fasilitas yang Allah berikan nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, sebagaimana di akhir surah at takatsur. Di surah selanjutnya, Al ashr, Allah bersumpah demi masa, bahwa semua orang merugi. Siapapun dan apapun profesinya. Hanya orang orang beriman, beramal shaleh, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Merekalah yang akan mampu mempertanggungjawabkan atas fasilitas kenikmatan yang Allah berikan. Maka masukkanlah pada kategori tersebut segala aktifitas harian umat Islam

Allah memberikan patokan dan bonus-bonus untuk menunjang tujuan penciptaan manusia tersebut. Allah melalui perantara utusannya, Rasulullah menjadikan shalat 5 waktu sebagai pedoman dalam melakukan aktifitas harian. Ibadah ghairu mahdhah harus disusun tidak melewatkan waktu shalat. Ada skala prioritas beramal berdasarkan hukum syara yakni wajib, sunnah dan mubah. Makruh dan haram adalah aktifitas harian yang harus dihindari.

Allah dengan fadhl dan rahmatnya juga memberikan bonus-bonus pahala yang besar kepada umat Nabi Muhammad. Walaupun amalannya kecil untuk menutupi umur pendek yang tidak sama dengan umat-umat sebelumnya. Umat Islam tentu lebih memanfaatkan bonus ataupun diskon ini dan lebih besar semangatnya dibandingkan memanfaatkan diskon di pusat-pusat perbelanjaan.

Di antar bonus pahala yang besar tahunan yang diberikan oleh Allah berada di bulan mulia, dzulqa'dah, dzulhijjah, muharram dan rajab. Saat ini kita sedang berada di bulan dzulhijjah, wa bil khusus 10 awal dzulhijjah. Allah bersumpah pada ayat kedua surah al Fajr, demi malam-malam yang sepuluh (وليال عشر). Imam Ibnu Taymiah mengatakan bahwa siang sepuluh awal dzulhijjah lebih utama dari siang akhir Ramadhan dan malam sepuluh akhir Ramadhan lebih utama dari malam sepuluh awal dzulhijjah.

Allah juga memberikan pahala yang tidak tanggung-tanggung, pahalanya  bisa melebihi orang berjihad atau perang di jalan Allah bagi orang-orang yang melakukan amal shaleh ikhlas karena Allah di sepuluh awal dzulhijjah. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas :

ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر. قالوا ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذالك بشيء.
(رواه البخاري)

“Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Apakah lebih baik daripada perang di jalan Allah?” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada perang di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid).”
(HR. Al Bukhari)

Doktor Imaduddin memberikan penjelasan terhadap ayat ini dengan 3 poin :

كلّ عملٍ صالحٍ يقع في أيام عشر ذي الحجة أحبّ إلى الله تعالى من العمل نفسه إذا وقع في غيرها، وإذا كان العمل فيهن أحب إلى الله فهو أفضل عنده.

العامل في هذه العشر أفضل من المجاهد في سبيل الله الذي رجع بنفسه وماله.

الأعمال الصالحة في عشر ذي الحجة تضاعف من غير استثناء شيء منها.

  1. Setiap amal shalih yang dilakukan di 10 awal dzulhijjah adalah lebih dicintai oleh Allah dibandingkan amal shaleh yang dilakukan diluar dzulhijjah. Apabila amal tersebut lebih dicintai di sisi Allah maka berarti lebih utama.
  2. Orang yang melakukan amal shaleh pada 10 awal dzulhijjah lebih utama daripada orang yang berperang di jalan Allah yang masih kembali dengan diri dan hartanya (masih hidup).
  3. Amal-amal shalih apapun yang dilakukan pada 10 awal dzulhijjah akan dilipatgandakan tanpa pengecualian.

Kemudian amal shalih apa yang bisa dilakukan di 10 awal dzulhijjah? Prof. Dr. Ali Jumah, Mesir menuliskan setidaknya ada lima yang bisa dilakukan yakni, puasa, memperbanyak dzikir, sedekah, membaca al-quran' dan membaca takbir, tahlil serta tahmid. Bahkan dalam diriwayatkan Imam Bukhari, Ibnu Umar keluar ke pasar-pasar bertakbir kemudian umat Islam mengikuti takbir keduanya. Umat Islam juga bisa melakukan amalan khusus yang sebutkan oleh hadits seperti puasa arafah dan menyembelih hewan Qurban.

lima yang bisa dilakukan yakni, puasa, memperbanyak dzikir, sedekah, membaca al-quran' dan membaca takbir, tahlil serta tahmid.

Akhirnya, marilah kita sambut dengan gembira bonus bonus yang diberikan oleh Allah. Rasulullah menyebut hal ini adalah nafahat, anugerah atau karunia sebagaimana dalam haditsnya :

(إِنَّ لِرَبِّكُمْ عزَّ وجلَّ فِي أَيَّامِ دَهْرِكُمْ نَفَحَاتٍ، فَتَعَرَّضُوا لَهَا، لَعَلَّ أَحَدَكُمْ أَنْ تُصِيبَهُ مِنْهَا نَفْحَةٌ لا يَشْقَى بَعْدَهَا أبدًا)) رواه الطبراني

Sesungguhnya Allah, Tuhan kalian mempunyai anugerah anugerah di antara hari-hari sepanjang masa, maka carilah ia. Andai salah seorang diantara kalian mendapatkannya maka tidak akan celaka selamanya (Hadits Riwayat Thabrani)

26 Juli 2020

Oleh: Bin Badr

Aku diberi nama Syahadah. Ringkas dan pengucapannya mudah, namun maknanya besar, berharga dn cukup mewah, bagi manusia yang sadar akan nikmat terindah dan jalan hidayah.

i.pinimg.com

Aku dididik dalam keluarga harmoni dan edukatif. Ayahku bernama Muslim bin Hanif. Ibuku bernama Amanah binti Taklif.
Jadi jelaslah bahwa aku seorang muslim walau dalam kartu pengenalku kata islam tidak tertera. Tapi aku berbangga mengikrarkan keislamanku pada dunia.

Keluarga kami berasal dari timur tengah, datuk dan nenekku orang perantau. Mereka merantau dengan membawa bermacam surat dan berita. Mereka bukanlah tukang pos bukan pula wartawan, tetapi mereka saudagar yang suka bercerita tentang kebenaran.

Kadangkala bila aku bercerita tentang kerabatku, banyak yg serius menyimak bahkan banyak juga yang ingin menjadi bagian dari keluargaku. Namun begitu, banyak juga setengah pihak merasa keluargaku penyekat kemajuan, bahkan kalau bisa mereka ingin saja menyisihkan keluargaku yang harmoni ini dari peradaban.

Nama adikku Sholah. Seorang yang aneh. Kadang dia pendiam, bersuara dengan berbisik. Kadang dia lantang, bersuara nyaring dengan alunan indah dan cantik. Dia menyenangi waktu malam lebih daripada siang. Baginya siang itu gaji pokok, dan malam itu bonus. Tapi orang tua kami tenteram dan merasa beristirahat dengannya. Meski begitu aku tahu tanpaku sholah tiada bermakna, karena dari segala sisi aku lebih utama.

Zakah, ini adikku juga. Orangnya penuh simpati dan senang berderma. Dia tidak seperti sholah, dia suka berdiam diri. Tapi dia perlu aku juga. Tanpaku, dia akan membelanjakan uangnya kesana kemari, tanpa faedah untuk masa depannya nanti. Dia sangat berpengaruh dalam meraih kemaafan, entahlah mungkin karena dia menyentuh dengan sifat prihatinnya sesama insan.

Adikku yang selanjutnya bernama Shiyam. Ada juga yang memanggilnya Ramadhan. Dia seorang pemerhati kesehatan. Kadang-kadang malah menjadi dokter bagi kami semua. Tapi dia juga memerlukan aku. Tanpaku ilmu kesehatannya tidak berguna, karena aku yang menghubungkan keahliannya dengan Penyembuh yang sebenarnya.

Adikku paling bungsu ini sungguh indah namanya, Mabrur. Tatkala ayahku mendapatinya, sungguh seolah ia baru lahir ke dunia, suci tanpa dosa. Sungguh beruntung ayahku punya si bungsu. Walaupun adikku ini menuntut dari ayahku kesabaran dan harta yang tiada terkira, dan banyak lagi pantangan-pantangannya, ayahku tetap berusaha menunaikannya.
Namun demikian jerih payah itu juga tak akan berguna andai ayahku tidak memperhatikanku si sulung ini karena adikku yang satu ini sangat lekat padaku. Sekiranya apa yang dijanjikan padaku tidak tertunaikan apapun yang diberikan ayah pada si bungsu akan dia abaikan. Merajuknya tidak main-main. Kalau dia pergi, jangan harap bisa jumpa lagi.

Ayahku seorang yang sangat baik. Karena itu Rajanya sering menjanjikan kejayaan baginya. Rajanya sangat Penyayang. Dia selalu mengingatkan ayah agar merawat kami kakak beradik dengan baik. Ada rekan kerja ayahku menelantarkan bahkan tidak mengakui anak-anaknya. Sang Raja sangat murka, tapi tak pernah bersedih. Mereka tetap mendapat upah dan gaji.

Ayahku sangat peduli kepadaku. Katanya, anak sulung setiap ayah perlu dijaga dan dibanggakan, kalau tidak, tiada guna hidup mewah tiada berarti harta berlimpah, bahkan umur yang panjang juga tidak membuat hati tenteram dan tenang.
Namun begitu dinegara yang aku sayang, gejala membuang anak sulung sangat banyak di pinggir-pinggir jalan, bahkan ada yang berani membuang di dalam pengadilan. Murtad namanya.

Adikku Sholah selalu memanggil namaku dalam dirinya. Dia tahu aku sangat bermakna, hilangnya diriku sama dengan tamat riwayatnya. Sholah selalu menghindarkan ayahku dari penyakit. Kalau ayah terkena wabah atau musibah Zakah dan Shiyam lah yang bergantian merawat ayah.

Kami semua senang dengan ayah. Walau ayahku mati kami semua akan menemani ayah. Kami bukan saja hartanya di dunia tapi juga hartanya di alam sana.
Aku selalu mengingatkan ayahku bahwa Rajanya cuma satu saja. Aku juga senantiasa mengingatkannya dengan ajaran-ajaran gurunya dalam quran dan riwayat sunnah. Ayahku selalu saja mengulangi penghayatannya dalam menyebut diriku, berulang kali. Sungguh syahdu ia menyebut namaku.

Ayah sangat memerlukanku. Setiap kali menghadap Rajanya ia selalu menyertakanku disampingnya. Rajanya pun mengingatkannya agar jangan melupakanku dan melanggar janji dalam diriku.

Sungguh bermakna aku ini rupanya, tanpaku hidup seseorang tak jauh beda dengan binatang tak berakal.

Siapa namaku?
Namaku Syahadah

oleh: Bin Badr

Pakem huruf Ba-Ra-Kaf pada dasarnya bermakna tetapnya sesuatu sebagaimana dikatakan Ibnu Faris dalam Maqayisul Lughah.
   
i.pinimg.com


Al Ashfahani menegaskan bahwa kata barakah pada mulanya bermakna dada unta; biasanya bila unta ingin beristirahat, maka unta tersebut meletakkan dadanya diatas tanah, kemudian beristirahat dengan tenang dan nyaman, dari sinilah kemudian muncul kata birkah (kolam) yang artinya menahan air agar tetap tenang dalam satu tempat. Pada akhirnya Al Ashfahani mendefinisikan makna kata barakah sebagai tsubutu al-khair al-ilahi fi al-syai (barakah adalah menetapnya kebaikan yang bersifat ilahiyah pada sesuatu)

Konklusi yang dapat disepakati dari beberapa definisi tersebut bahwa keberkahan adalah kebaikan ilahiyah yang meningkat dan bertambah banyak secara stabil, hingga tercipta suatu stabilitas berupa ketenangan dan ketenteraman.

Kata kebaikan yang disandarkan pada kata ilahiyah bermakna bahwa seluruh aktifitas yang diniatkan ibadah kepada Allah dan karena Allah akan mendatangkan keberkahan.

Penyandaran tersebut juga menempis anggapan bahwa ada kebaikan yang datang selain dari Allah.
 
Konsekuensi dari penyandaran ini adalah; Pertama, yang layak disebut kebaikan pada hakikatnya adalah apa yang Allah katakan itu baik, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran: 26

kedua, tidak setiap yang manusia anggap baik itu baik, atau tidak selamanya yang manusia anggap tidak baik itu tidak baik. sebagai contoh, tanah yang subur tentu lebih baik daripada tanah yang gersang, hidup di tanah yang subur tentu lebih makmur daripada hidup ditanah gersang, namun kemakmuran penduduk negeri Makkah Madinah mematahkan anggapan itu, padahal kita tahu bahwa kedua negeri tersebut berada di tanah gersang dengan curah hujan yang sangat sedikit dan dengan hasil bumi yang tidak beragam namun penduduknya makmur dan justru hasil bumi terbaik dari seluruh negeri tersedia disana.

Kedua pengertian keberkahan ini sudah seharusnya mampu merubah cara berfikir mukmin yaitu dari memburu baik tidaknya sesuatu menjadi memburu berkah tidaknya sesuatu, karena setiap perkara yang berkah itu pasti baik meski sebagian kecil dirasa sulit, berat atau kurang menguntungkan.

Lalu, hal-hal apakah yang berkah atau mendatangkan keberkahan itu ?

Banyak ayat tentang keberkahan bertebaran di al quran, beberapa diantaranya al quran menyebut keberkahan melekat pada tempat, benda, orang sholih, waktu, amal sholih atau melekat pada alquran.

Keberkahan pada tempat sebagaimana disebut dalam QS. Ali Imran: 96
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

Banyak hadis yang menyebutkan keberkahan kota Makkah ini, diantaranya hadis dari Jabir bin Abdillah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah; “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” Ada juga hadis tentang terlindunginya negeri Makkah dan penduduk didalamnya dari fitnah Dajjal kelak serta masih banyak lagi hadis yang menjelaskan tentang keberkahan kota Makkah, dan keberkahan ini tidak mungkin diperoleh kecuali jika kita berada di tempat tersebut yaitu Makkah, karena itu keberkahan semacam ini bersifat lokal.

Keberkahan pada benda sebagaimana Allah sebutkan dalam QS. An Nur: 35
... bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun ...
 
Allah juga berbicara tentang keberkahan air hujan dalam QS. Qaf: 9
Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam

Penelitian medis kekinian menyatakan bahwa kandungan yang terdapat dalam minyak zaitun mampu menangkal berbagai kemungkinan macam penyakit berat yang sering diderita manusia seperti, penyakit jantung, kanker payudara, osteoporosis, stroke dan lain sebagainya sehingga menjadi tepat jika minyak zaitun dikonsumsi sebagai suplemen tubuh setiap hari sebagaimana hadis Nabi dari Umar ibn Khattab r.a. “Jadikanlah Zaitun sebagai idam (makanan pendamping) dan minyakilah rambut dengan Zaitun. Karena ia dari pohon yang berkah”.

Adapun air hujan tentu banyak kebaikan yang Allah datangkan karenanya, karena air hujanlah keluar berbagai rizki, kebutuhan, makanan dan selainnya dari dalam bumi.

Keberkahan yang melekat pada zaitun dan air hujan ini pun tidak tidak dapat diperoleh kecuali jika kita memiliki minyak atau sedang musim pohon zaitun berbuah dan sedang turun hujan, keberkahan semacam ini sifatnya kondisional.

Keberkahan pada waktu, Allah berfirman dalam surat Ad Dukhan: 3
sesungguhnya Kami menurunkannya (al quran) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

Masyhur dikalangan muslimin tentang keberkahan lailatul qadr, keberkahan itu diantaranya adalah setaranya ibadah seorang mukmin pada malam itu dengan ibadah seribu tahun bahkan lebih baik dari itu. Keberkahan waktu yang lain sebagaimana hadis Nabi;
Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.
Ibnu Bathol mengatakan, bahwa pagi menjadi waktu yang berkah karena doa Nabi, karena pagi adalah waktu yang biasa digunakan manusia untuk memulai aktivitas. Waktu tersebut adalah waktu fit untuk beraktivitas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan do’a pada waktu tersebut agar seluruh umatnya mendapatkan berkah di dalamnya. Keberkahan ini, baik diwaktu pagi atau lailatul qadr bersifat temporal, karena keberkahan turun bersebab waktu tertentu.

Keberkahan pada orang sholih. Allah berfirman dalam surat Maryam 31 :
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup

Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar mengatakan, Allah menjadikan Isa seorang yang diberkahi di mana saja dia berada yakni penunjuk kepada kebaikan, sebagai da'i yang mengajak kepada jalan Allah, sebagai pengingat kepada-Nya, murogghiban kepada ketaatan kepada-Nya, inilah diantara berkah seorang hamba, dan barangsiapa yang terlpas dari sifat-sifat tadi, maka ia telah terlepas dari berkah. Keberkahan seperti ini melekat pada kesholihan seorang mukmin sehingga sifatnya personal, saat kita jauh dari sifat-sifat tersebut atau jauh dari orang sholih tersebut artinya kita jauh juga dari keberkahannya.

Keberkahan pada Amal sholih, Allah berfirman dalam surat Al Araf : 96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi...

Ayat ini mengabarkan bahwa syarat keberkahan turun melimpah ada dua, yaitu beriman dan bertaqwa (beramal sholih) dengan landasan iman tersebut, tidak termasuk dalam pengertian diatas, beriman saja tanpa beramal, atau beramal sholih tanpa landasan iman. Keberkahan jenis ini bersifat kausalitas yang terjalin dalam hubungan sebab dan akibat.

Keberkahan pada Alquran. Allah berfirman di banyak surat dalam alquran diantaranya surat Al An’am, Al Anbiya’ dan surat Shad dengan redaksi yang sama bahwa Al Quran adalah Mubarok (diberkahi), karena keberkahan al quranlah malam diturunkannya menjadi malam paling mulia yang nilainya lebih baik daripada malam-malam selama seribu bulan, dan bulan diturunkannya menjadi bulan paling mulia diantara dua belas bulan lainnya. Karena keberkahan alquranlah malaikat Jibril yang menyampaikannya kepada Rasul menjadi pemimpinnya para malaikat di sidratul muntaha dan karena keberkahan alquranlah Nabi Muhammad saw. yang diturunkan alquran kepadanya menjadi pemimpin para Nabi sebelumnya.

Keberkahan alquran ini sifatnya mutlak, disegala kondisi, disemua lokasi, disetiap waktu dan melekat disemua hal dan tempat yang ia lekati.
Alquran tampil sebagai mukjizat paling besar diantara mukjizat para nabi. Kalam Allah yang langsung bisa kita dengar, baca, hafalkan dan kaji tanpa ada perubahan redaksi sejak diwahyukannya sampai masa kini.

Keberkahan apa lagi yang lebih besar dan lebih agung daripada alquran?
Maka mari kita bayangkan bagaimana jika lafadz-lafadznya melekat didalam dada menyatu bersama hati, ajarannya bersemi dlam kebiasaan manfaatnya terasa manis di bumi, bukankah kita sama seperti melekatkan mukjizat paling agung dan keberkahan paling mutlak didalam diri dan kehidupan kita?

Mari menghafal alquran,
Mari bersama menjadi gemilang di sisa usia, dalam upaya mengantarkan anak didik kita menjadi gemilang di usia belia

#Allah bimbing kami


Oleh : Herman Anas

Menuqil dari bahasa arab fi'il madhi naqala bermakna mengutip. Ulama salaf bahkan sampai generasi saat ini banyak yang mengutip dari pendapat-pendapat sebelumnya. Tentu, hal ini membutuhkan menuntut ilmu dan membaca.

www.zazzle.com

Lahir dari generasi tersebut karya kitab-kitab yang menakjubkan. Telah sampai pada generasi saat ini istilah matn untuk konten inti. Isinya berupa poin-poin pendek. Berupa prosa (natsar) dan syair (puisi) yang mudah dihafalkan. Letaknya berada di luar kotak garis atau dipinggir.

Kalimat-kalimat yang sulit dimengerti mereka jelaskan dengan kitab syarh agar para awam mudah di dalam memahami ilmu kata-kata dalam kitab matn. Bahkan para ulama terdahulu melakukan analisis yang lebih mendalam terhadap syarah yang diberi nama kitab hasyiyah.

Bagaimana dengan generasi saat ini? Apakah hanya mencukupkan terhadap karya-karya para ulama terdahulu? Karena muncul perasaan semua sudah ditulis dan ilmu ilmu sudah disusun. Tidak, selama manusia hidup, kejadian-kejadian terus berkembang, sarana prasarana dst. maka persoalan terus ada, semua itu perlu di respon dan dijawab oleh umat Islam, terutama ahli ilmu.

Ulama terdahulu juga tidak mencukupkan dengan satu syarh suatu kitab. Mereka berlomba-lomba membuat penjelasan terbaik bahkan dengan sudut pandang yang berbeda atau dari fan (cabang) ilmu yang berbeda. Syarah shahih Bukhari yang kita ketahui mungkin tidak sampai puluhan, namun Allamah Imam Abdurrahman bin Sulaiman mengisahkan dari gurunya, bahwa syarah untuk kitab shahih muslim ada sekitar 200an dan yang setara Fathul Baari itu ada belasan kitab.

Siapa kita? Tidak ada apa-apanya. Banyaklah menuntut ilmu. Tekunlah membaca. Tidak usah menunggu menyusun sebuah ilmu baru lalu menulis, seperti Kitab Arrisalah, ushul fiqihnya Imam Syafi'i. Tidak juga dengan bahasa arab, jika belum mampu. Banyak juga karangan ulama nusantara berbahasa daerah dan bahasa Indonesia. Menuqillah dan tulislah dengan sudut pandang yang berbeda. Di dalam hal fiqih, penulis belum menemukan dan membaca fiqih berdasarkan usia. Yang banyak dan tersebar saat ini fiqih yang disusun ulama klasik berdasarkan urutan bab Thaharah, shalat, zakat, puasa, haji dst., atau tematik (maudhu'i) yang disusun ulama kontemporer. Ada banyak hal yang bisa ditulis. Tukillah dan mulailah semampunya.

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab