14 September 2020

💖💖

Ketika ikrar sudah dimulai semua santri mengikutinya dengan baik.

Sampai salah satu santri bertanya kepada ustadzah, 


👱🏻‍♂️"Jam kudapannya sudah selesai Ustadzah?" 


🧕🏻"Nak, setelah ikrar selesai, apakah jamnya kudapan?"


🍽️Yang dijawab santri dengan jawaban, "tidak Ustadzah tapi masih jam Al-Qur'an!"


🧕🏻"Nak, kenapa bertanya jamnya kudapan?" 

"Dibawakan kudapan apa oleh Bunda?"


👱🏻‍♂️"Alhamdulillah Ustadzah, doa Ana terkabul. Ana berdoa minta kepada Allah kudapannya roti cokelat. Hari ini Ana bawa roti cokelat."

"Dan ana tidak sabar menunggu kudapan..."

MaasyaaAllah



🧕🏻"Doa adalah wasilah terkabulnya keinginan,  ketika kalian menginginkan sesuatu mintalah kepada Allah."

"Nak, jika keinginanmu belum dikabulkan Allah jangan pernah berhenti berdoa karena Allah menginkan kalian berdoa tanpa henti...🤲🤲🤲"


🍽️Yang dijawab fahimna oleh santri👍...


#Adab sebelum ilmu

#iman sebelum alqur'an

#kuttab awal 1

13 September 2020

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman :


{وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ}


Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (Al-Anbiya: 47)



Hunadah mengatakan bahwa kedua anak itu dalam keadaan terpelihara berkat kesalihan kedua orang tuanya. Disebutkan pula bahwa jarak antara keduanya dengan ayahnya yang menyebabkan keduanya terpelihara adalah tujuh turunan. Dan ayah mereka adalah seorang ahli menulis.


Apa yang disebutkan oleh para imam dan apa yang disebutkan oleh hadis di atas pada hakikatnya tidaklah bertentangan dengan pendapat Ikrimah. Ikrimah menyebutkan, sesungguhnya yang terpendam itu adalah harta. Dikatakan demikian karena mereka menyebutkan bahwa harta peninggalan yang terpendam itu berupa lempengan emas yang disertai dengan harta yang cukup berlimpah. Terlebih lagi padanya tertuliskan ilmu yang berupa kata-kata bijaksana dan nasihat-nasihat yang baik. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.


Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:


{وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا}


sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. (Al-Kahfi: 82)


Dari pengertian ayat ini tersimpulkan bahwa seorang lelaki yang saleh dapat menyebabkan keturunannya terpelihara, dan berkah ibadah yang dilakukannya menaungi mereka di dunia dan akhirat. Yaitu dengan memperoleh syafaat darinya, dan derajat mereka ditinggikan ke tingkat yang tertinggi di dalam surga berkat orang tua mereka, agar orang tua mereka senang dengan kebersamaan mereka di dalam surga. Hal ini telah disebutkan di dalam Al-Qur'an, juga di dalam sunnah.


Sa’id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa kedua anak itu terpelihara berkat kesalehan kedua orang tuanya. 


mari istiqomahkan amal sholih kita

Mengamati kondisi saat ini, dimana kafe, rumah makan dan pusat perbelanjaan sudah mulai ramai kembali. Jalanan pun tidak hentinya banyak kendaraan melintas. Transportasi publik sudah pula dibuka kembali. Dan berbagai masjid juga sudah mulai dipadati dengan para jamaahnya dengan menerapkan protokol yang berlaku. Tentu kita sangat bersyukur  dengan banyaknya masjid yang telah normal kembali,  setelah sekian lama tidak menikmati suasana masjid yang ramai. Dan berharap Allah menjaga ummat Islam selalu dalam kondisi yang terbaik dari semua sisi. Salah satu kegiatan yang membuat masjid ramai adalah dengan majelis ilmu. Karena dengan ilmu kita dapat memperbaiki sisi kekurangan ummat ini. 



Majelis ilmu bisa dilakukan dimana saja, asal ada guru yang mengajarkan dan murid yang mendengarkan. Dengan terus menjaga kesehatan dan terus mematuhi protokol kesehatan yang ada, maka sudah seharusnya kaum muslimin memanfaatkan kesempatan untuk bermajelis ilmu yang merupakan ibadah *wajib bagi setiap kaum muslim. Wajib berarti memiliki konsekuensi dosa yang ditanggung jika tidak mengerjakannya. 


Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ


”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah) 


Bagi orang yang beriman, majelis ilmu adalah undangan dari Allah dan Rosul bagi diri mereka.  Allah yang berjanji bahwa orang yang beriman dan senantiasa melazimkan hadir majelis ilmu akan Dinaikkan derajatnya, sebagaimana firman-Nya, 


niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

QS Al Mujadilah ayat 11


Rosulullah shallallahu alaihi wasallam juga senantiasa mengundang ummatnya untuk dapat menghadiri "taman surga" tersebut. Mari kita baca dengan hati yang penuh dengan kerinduan, ajakan beliau untuk kita berjumpa di taman surga:


 إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ 


Jika kalian melewati taman syurga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman syurga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh  dzikir (majlis Ilmu).


(Riwayat At Tirmidzi) 


Bahkan menuntut ilmu adalah tanda adanya kebaikan seseorang. Dan tanda seseorang berada dalam jalan kebaikan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ


“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi) 


Dalam mengikuti majelis ilmu, kita akan mendapatkan ilmu yang akan menjaga kita dan para sahabat  shalih yang selalu meingingatkan  akhirat kita.


Imam Ibnul Qayyim berkata,


ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺮﺱ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻳﺤﺮﺱ ﻣﺎﻟﻪ


_“Ilmu itu menjaga pemiliknya sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.”_


 MaasyaaAllah


Menjadi suatu yang mengherankan apabila seorang yang beriman tapi masih sangat berat menghadiri majelis ilmu. Imam Abdullah bin Mubarak menunjukkan keheranan, bagaimana mungkin seseorang jiwanya baik jika tidak mau menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu. Beliau berkata,


عجبت لمن لم يطلب العلم, كيف تدعو نفسه إلى مكرمة


“Aku heran dengan mereka yang tidak menuntut ilmu, bagaimana mungkin jiwanya bisa mengajak kepada kebaikan.”? 


Kebaikan yang sebenarnya adalah kebaikan yang menyampaikan kita pada kemuliaan di akhirat kelak, dan sungguh Allah mudahkan kita dalam urusan menuju surga-Nya, Rosulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan, 


مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ المَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ العِلْمِ


“Barangsiapa yang meniti jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayapnya-sayapnya karena ridha dengan perbuatan penuntut ilmu.”


Juga dalam hadits yang lain disebutkan:


إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الأَرْضِ فُضُلًا عَنْ كُتَّابِ النَّاسِ، فَإِذَا وَجَدُوا أَقْوَامًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا: هَلُمُّوا إِلَى بُغْيَتِكُمْ، فَيَجِيئُونَ فَيَحُفُّونَ بِهِمْ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا


“Sesungguhnya Allah mempunyai Malaikat-malaikat yang selalu berkeliling di muka bumi selain Malaikat yang bertugas menjaga manusia dan menulis catatan amalan mereka. Maka apabila Malaikat-malaikat tersebut mendapati satu kaum yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka saling menyeru: kemari, datangilah apa yang kalian cari dan mereka semua datang dan mereka menaungi kaum tersebut dan mereka berkerumun sampai ke langit dunia.” (HR. Tirmidzi)


Masih banyak lagi keutamaan majelis ilmu, seperti rahmat-Nya dan berbagai keutamaan, 

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ


“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)


Maa syaa Allah


Dengan banyaknya keutamaan majelis ilmu yang telah disebutkan diatas, yang tentunya bukan hanya kemudahan di akhirat, tapi juga Allah mudahkan urusan kita di dunia. Pertanyaannya adalah: masihkah kita menunggu sampai usia kita habis untuk dapat bersegera menyelenggarakan atau mengikuti majelis ilmu? Melewatkan kebaikan dan keutamaan yang sangat banyak sekali?


Tentu tidak, mulai sekarang, yuk agendakan majelis ilmu

09 September 2020

Selama kita hidup sampai hari ini, entah sudah berapa banyak orang yang bertemu dan berinteraksi dengan kita. 

Sebagian ada yang sekedar berlalu, seperti ; orang yang memberi bantuan saat kendaraan kita mogok di tengah jalan.

Sebagian lagi ada yang "nempel" dan ikut mempengaruhi karakter & perilaku kita, seperti ; pasangan kita, yang tadinya adalah orang lain, kini jadi partner kita dalam berfikir dan bertindak.

Kita tidak pernah tau akan bertemu siapa, dan apa dampaknya bagi kita. Ini bagian dari takdir.



Begitupun antara saya dengan Bazaf...


Saya pernah kecanduan medsos (media sosial). Dulu saat menjalaninya biasa saja kaya nggak ada apa-apa. Tapi belakangan saya baru tau kalau yang saya alami ini ternyata ada nama penyakitnya. Social Media Anxiety Disorder, Fear of Missing Out, dan masih ada beberapa nama lain yang agak sulit dibaca lidah saya.


Semua bermula di tahun 2009 ketika saya mulai berkenalan dengan facebook, yang disusul kemudian dengan twitter, foursquare, whatsapp, instagram, path, dan yang lain-lain.

Bisa bertemu lagi dengan teman-teman lama yang lost contact, dan bisa berinteraksi dengan mereka secara bersamaan melalui aplikasi-aplikasi tersebut di hp membuat saya sumringah. 

Namun kegembiraan itu hanya sebentar, karena tidak lama kemudian saya merasa aplikasi-aplikasi medsos ini berubah menjadi "med-show" alias media ajang unjuk diri. 

Semua aktivitas sehari-hari sampai hal-hal yang bersifat pribadi diposting jadi status, baik berupa tulisan maupun foto selfie.


Memang tidak semua teman saya begitu. Sebagian mereka ada yang smart menggunakannya untuk berbisnis, berbagi informasi ataupun berdakwah. Sayangnya...saya terseret ke dalam golongan yang med-show tadi.


Alhasil, jangankan untuk bermuhasabah, membentuk keluarga yang sakinah, atau berinovasi dalam bekerja...isi kepala saya saat itu nggak jauh-jauh dari beranda/timeline & update status, yang tanpa disadari mempengaruhi perilaku saya. Apapun yang saya posting berharap like & comment. Dan saya sering mensetting aktivitas saya baik sendiri maupun bersama keluarga agar terlihat sempurna saat foto selfie, meski kenyataan "tidak seindah foto aslinya".


Pernah lihat orang yang sering gagal fokus, melamun, menyendiri, hp selalu digenggam, sedikit-sedikit buka hp & mata terus ke layar hp meski lagi ngobrol sama orang? kira-kira begitulah saya saat itu.


Lima tahun berjalan, saya dibuat uring-uringan dengan hp kesayangan yang harus dijual. Berikutnya bolak balik beli hp, baik second atau baru, harus terima kenyataan ; kalo nggak rusak, atau hilang. Dan entah kenapa sejak saat itu sampai hari ini saya tidak pernah lagi bisa beli hp yang "normal", apalagi canggih.

Sekarang saya baru sadar, mungkin ini terapi dari Allah untuk "kesembuhan" saya. Namun ternyata hal itu masih belum cukup. Saat sakaw itu datang, warnet jadi tempat pelarian. Bahkan pakai hp batang (candybar) pun jadi, yang penting masih bisa berjejaring sosial.


Hidayah berikutnya datang. Allah gerakkan hati saya untuk mau duduk kembali di majelis ilmu. Dimulai dari kajian ahad pagi di sebuah kampus di selatan Kota Jember. Perlahan saya mulai lupa dengan asyiknya medsos, sampai akhirnya memutuskan untuk menghapus seluruh akun jejaring sosial saya, kecuali whatsapp.

Tapi ternyata ini pun masih belum cukup. Perilaku saya yang suka menyendiri dan mood yang sering naik turun, membuat semangat belajar agama dan beribadah masih sering ngedrop, yang kata pak ustadz istilahnya ; futur.

Saat futur itu datang, kambuh lagi penyakit saya untuk menghabiskan waktu di internet, meski bukan berjejaring sosial.


Lagi-lagi Allah bantu saya dengan cara-Nya.


Sejak saya membantu Bazaf sebagai pengantar barang, lumayan banyak rumah ustadz/ah & wali santri yang pernah saya datangi.

Ada banyak pemandangan ketika bertemu mereka di rumahnya, yang bagi saya luar biasa. Membuat saya malu sekaligus termotivasi.


Saya pernah bertemu dengan dua wali santri yang sedang asyik membaca Al-qur'an, yang satu sambil jaga warung, yang satu sambil santai di gazebo depan rumahnya.

Setelah pamit saya terdiam di atas motor saya. Teringat lagi saat dulu saya duduk dengan khusyuk membaca status & comment, di samping Al-Quran Tarjamah Tafsiriyah pemberian bos saya yang masih mulus dari sidik jari saya.


Saya juga pernah bertemu dengan ayah santri yang sedang momong anak-anaknya yang masih kecil sambil membaca sesuatu dengan lirih. Dugaan saya beliau sedang menghafal atau berdzikir. 

Juga ayah yang membaca Al-Qur'an bersama anaknya di siang hari yang sepi di perumahannya. 

Dan ada juga yang sibuk mencari anaknya ketika waktu sholat tidak terlihat di Masjid.

Pulang dari sana saya terdiam di atas motor saya. Teringat lagi banyaknya quality time bersama anak yang terbuang. Hanya sekedar selfie 5 menit bersama mereka, setelah itu sibuk sendiri berjam-jam men-setting foto agar saya terlihat seperti ayah yang sempurna.


Saya juga pernah bertemu wali santri yang belanja banyak di Bazaf dengan selang waktu berdekatan. Dan ada juga yang beli satu jenis barang tapi dalam jumlah yang banyak. Mudah ditebak ; ini sebagiannya pasti buat sedekah. 

Bukan sekali dua kali atau nunggu momen tertentu. Mereka bersedekah sesuka hati mereka kapanpun mereka mau!

Saya yakin, ini bukan karena mereka mampu, karena setau saya sedekah itu masalah mental, dengan apapun yang mereka punya dan berapapun jumlahnya.

Saya teringat lagi dengan mental saya dulu. Mudahnya mengeluarkan ratusan ribu tiap bulan untuk beli paketan, tapi cuma say hello sama pengemis & kotak amal di Masjid.


Mereka yang saya sebutkan di atas, mungkin tidak pernah memposting kegiatan & kebaikan mereka ini di medsos.

Tapi ternyata, justru Allah yang memposting potret keseharian mereka tepat di depan mata saya.

Semuanya real, tanpa settingan, karena semua dilakukan di rumahnya masing-masing. Jauh dari like & comment.

Ini yang membuat saya malu, sekaligus termotivasi saat futur itu datang.


Terima kasih ayah bunda sholeh/ah. Barakallah fiikum.

Saya bersyukur ditakdirkan bisa bertemu dan berinteraksi dengan panjenengan semua.

Tidak sekedar berlalu, tapi "nempel" dan ikut mengubah perilaku saya.

Tetaplah istiqomah. Tetaplah menjadi contoh yang baik untuk saya.


Buat saya Bazaf adalah medsos.

Dan saya adalah follower anda!


Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaytanaa wahablanaa mil ladunka rohmatan innaka antal wahhaab.


Buyung Eko.

Follower KAF Jember.

Bismillah

 


Tidak ada kata bosan dari lisan ustadzah untuk mengingatkan santri ketika jam iman telah dimulai untuk selalu menjaga adab,

Adab ketika bermajelis ilmu 

Adab ketika bersama ustadz maupun ustadzah...

 

Ketika ustadzah sudah memulai bermajelis ilmu ada seorang santri yang mengangkat tangan dan meminta izin untuk berbicara kemudian ustadah mempersilahkan..

Santri: ustadzah... majelis ilmu 

              Harus duduk rapi?

Ustadzah: Ya nak...

Santri: Kenapa ustadzah?

Ustadzah: Karena ilmu tidak akan  kita pahami kalau sambil bermain.

Santri: Tapi ana capek

Ustadzah: Nak,,  tidak ada yang tidak capek, ustadz-ustadzah juga capek...teman yang 

                 Lain juga capek. Capeknya harus dilawan...

Santri: Kenapa kok dilawan?

Ustadzah: Karena ustadzah mempunyai keinginan, Apakah kalian pergi ke

                  Kuttab tidak mempunyai keinginan?

Masya Allah...

Bermacam macam jawaban santri ketika ustadzah menanyakan harapan dan cita cita kenapa harus berlelah lelah pergi ke Kuttab:

 

Menginginkan masuk surga

Rumah yang besar

Makanan yang enak

Memberikan mahkota kepada kedua orang tuanya....

 

Nak..

 

Masya Allah keinginan yang mulia, kalau menginginkan sesuatu ayo mintanya kepada Allah ...

Dan perbaiki adabnya, masyaAllah dengan segera semua santri berbenah memperbaiki duduknya sehingga kelas iman dimulai dengan baik...

 

#adab sebelum ilmu

#iman sebelum alqur an

#gemilang diusia belia

#kuttab awal 1

 


Seringkali, bunda tak perlu solusi.


Hanya ingin didengarkan saja cerita-ceritanya atau menumpahkan keluh lelahnya.


Untuk menambah energi berjuang lagi di esok hari..



Maka Ayah..  berikan perhatian penuh pada cerita Bunda. 


Tatap tajam mata Bunda, berikan tanggapan yang berkaitan dengan tema. Jangan terlihat nyeleneh keluar tema meski sambil menahan kantuk terasa.


Dengarkan curhatan Bunda meski sambil merem melek, tetaplah menyambut meski hanya dengan kalimat "begitu ya bunda"


Atau ketika energi masih terisi , maka berikan tanggapan sepenuh hati. Penuh empati. Dengarkan baik-baik..


Kalau tidak, jangan salahkan jika bunda akan curhat pada yang lain. Jangan salahkan jika bunda lebih memilih sosmed sebagai teman berbagi rasa..


Sungguh, Bunda bukannya mengeluh, bukan tidak ikhlas, 


Bukan juga sekedar memenuhi target 20 ribu kata per hari sebagai fitroh wanita, tapi menumpahkan segala rasa.. meluapkan lelah yang pasti nanti akan sirna setelah Ayah meluangkan waktu untuk mendengarkannya. 


Ketika Ayah memberikan dukungan sepenuh cinta.


Apalagi ketika Ayah memberikan hadiah untuk Bunda sholihah yang telah berjuang bergelut lelah.


Satu set gamis dan kerudung misalnya. Plus buku-buku dan seperangkat alat mendidik buah hati tercinta.


Atau hiasan bunga-bunga yang menyegarkan mata.


Yang bisa dipajang di dinding rumah menjadi mood booster melakukan dinas rumah; karier mulia bergaji surga.


Bunga sintetis atau bunga asli, boleh-boleh saja.


Sekarung kebutuhan rumah tangga (beras, minyak, gula, kecap ditambah bumbu Hallawa) plus cemilan mie kremes AnNauda' #belinyadiBazaf


Atau sekresek gorengan 500an (ote-ote, tahu isi, pisang goreng) plus bumbu petis pedasnya. Ditemani teh hangat buatan Ayah.


Mendengarkan cerita Bunda, istri tercinta sepanjang masa. Yang panjang ceritanya mungkin lebih panjang dari kereta.


MasyaaAllah pasti Bunda tambah tangguh semangatnya. 


Dan yang utama, ketika para Ayah memahami bahwa kewajiban mendidik ananda adalah tanggung jawab berdua. 

Kerjasama yang klop, insyaallah akan ringan dan bahagia terasa. 


Indahnya rumah yang kita hidupkan taman surga di dalamnya. Berharap berkumpul hingga taman surga sesungguhnya..



#setelah membaca ini ndak boleh bilang pada Ayah. Nah ini lho Yah, makanya belikan bunda ini dan itu..


Disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di rumah nggih Bunda.


Apa yang Ayah berikan saat ini adalah kado terbaik untuk kita dan anak-anak.. Pemberian dari Allah melalui perantara peluh deras keringat Ayah mencari nafkah..


Yang bahkan berangkat pagi-pagi sekali, ketika pulang anak dan istrinya sudah terlelap dalam larutnya malam. Memendam rindu tak tertahan. 

 

Mudah-mudahan kita menjadi istri yang pandai bersyukur atas setiap kebaikan suami. 


Termasuk, saat sang Ayah meminta momong si kecil agar bunda dapat menikmati makan terlebih dulu selagi hangat..

Hari itu di sesi terakhir sebelum pulang kami belajar murofaqot matematika tentang pecahan.



🧕🏻U: "Satu buah semangka dibagi 4 santri berarti masing-masing antum dapat berapa bagian nak?"


🧕🏻 A: "Kok cuma dibagi 4 ustadzah, kan ada Ustadzah jadi dibagi 5.."


🧕🏻U: "Oh, iya nak, ustadzah ganti soalnya, 1 buah semangka dibagi 5."


🧕🏻B: "Masing-masing mendapat satu per lima Ustadzah." sembari menggambarkan operasi pecahannya di papan.


🧕🏻C: "Lho, masak bagiannya Ustadzah sama seperti kita. Harusnya Ustadzah kita potongkan yang lebih besar."


🧕🏻D: "Trus jadinya berapa jawabannya"


🧕🏻C: "Dari Satu Semangka, Ustadzah setengahnya. Terus setengahnya kita bagi ber-empat."


🧕🏻D  : "Wah Ustadzah dapat banyak ya, kan dek fulan sama ustadz R lagi di kedai Sholeh ndak ada disini"


🧕🏻B : "Pasti nanti malah disimpan sama Ustadzah, nunggu dek fulan dan ustadz R pulang. Kan gitu ya ustadzah, biasanya seorang Ibu selalu memberikan makanannya untuk anaknya."


Tersenyum mendengarkan setiap dialog yang mereka lontarkan.


Beriring syukur penuh haru atas kesempatan membersamai tunas-tunas generasi yang sedang tumbuh berpupuk iman.


"Antunna tahu nak, ilmuan muslim penemu simbol pecahan dalam ilmu matematika yaitu Al Qalasadi (Abu Al- Hasan Ali Muhammad bin Al Khurasi al Basri). Beliau berasal dari Andalusia atau yang sekarang kita kenal dengan Spanyol.


"Dan siapa tahu, kelak akan ada rumus Matematika dimana jawabannya  bukan mutlak satu jawaban pasti. Melainkan rumus yang disandarkan pada adab dan keimanan tinggi.


Dan antunna lah penemunya.."


"Aamiin.. " jawab mereka serempak. 

saling menatap„ saling menyemangati.. hingga akhirnya menyadari salah satu dari mereka, tidak lama lagi akan melanjutkan perjuangan di Madrasah Al-Fatih.


🧕🏻D: "Mbak, nanti kalau sudah jadi hafidzoh, ilmuan, jangan lupain kita ya"


🧕🏻C: "Ya Ndak lah .. Ana akan selalu ingat kebersamaan kita, termasuk hari ini kita lagi belajar tentang menghitung semangka."


🧕🏻 B: "Tapi.. ngomong-ngomong,... semangkanya ndak ada.😅"


Mereka tertawa sambil menggambar buah semangka di buku tulisnya.


#catatanIman

#Qonuni2Akhwat

01 September 2020

Dialah Allah



Yang tak pernah pilih kasih, 


Kepada mereka yang lemah ataupun kuat, selama iman masih melekat.


Kepada mereka yang miskin atau kaya, selama taqwa menjadi perhiasannya.


Kepada mereka yang pandai ataupun kurang pandai, selama keikhlasan menjadi landasan.


Maka jangan bersedih ketika manusia merendahkan, 


Ketika manusia menyepelekan, 


Ketika manusia memandang penuh kehinaan, 


Ketika manusia melengserkan, 


Selama kita beramal bukan karena jabatan, 


Beramal bukan karena mengejar penilaian, 


Beramal bukan karena mengharap pujian.


Cukuplah Dia bagi kita. 

Cukuplah Dia yang menenangkan kita.

Cukuplah Dia yang melapangkan dada kita.

Cukuplah Dia yang memuaskan hati kita.

Cukuplah Dia tempat kita bersandar.

Cukuplah Dia satu-satunya tujuan atas setiap perjuangan...


Dialah Allah...

Allah..

Allah..

Allah..


Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan bergantung pada-Mu Ya Allah...

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab