Tepat setahun yang lalu saya dan istri memulai petualangan "tinggal di kota". Kami tinggal di sebuah rumah dua lantai, yang mana lantai duanya adalah kos-kosan putri. Rumah yang berada di Perumahan Jember Permai Satu tersebut -biasa dikenal dengan Perumahan Semeru-, milik salah satu guru di SD Islam swasta di daerah Pakem, yang mana istri saya pernah mengajar disitu.
|
Foto-foto waktu MAQOM 2
|
Berjalan sekian pekan, saya baru tau ternyata saya bertetanggaan dengan pak Henry, ketua Posku saat itu. Rumah beliau hanya berjarak dua blok dari rumah kami. Dan beberapa kali saya bertemu saat sholat di Masjid persis depan rumah yang saya tempati tersebut.
Mungkin, dengan pertimbangan memudahkan kordinasi karena tinggal di perumahan yang sama, akhirnya pak Henry menunjuk saya sebagai salah satu panitia dalam Mabit Qowamah (Maqom) edisi pertama.
Tapi... Saya kabur-kaburan, dan akhirnya pamit dari kepanitiaan lewat pak Sony. (Afwan njeh pak Henry, baru minta maaf sekarang).
ππ€π€¦♂️
Iya, sampai hari itu saya adalah makhluk yang gemar bersendirian. Kalaupun datang ke sebuah acara, entah undangan resepsi ataupun kajian, pokok selesai, langsung pulang!
Bahkan di rumah, saya punya tempat khusus untuk menyendiri, dan waktu yang khusus pula. Istri dan anak-anak saya sudah paham dengan ini.
Semua berubah ketika istri saya ditunjuk untuk mengurus Bazaf, yang kemudian saya menyusul untuk ikut membantu.
Bertemu langsung dengan santri, wali santri, ustadz ustadzah di rumah mereka masing-masing, dan melihat cara mereka berinteraksi membuka mata saya, bahwa label "hijrah" yang saya klaim hanyalah omong kosong!
Alhamdulillah saya tau beberapa ilmu agama. Hal tersebut saya dapat dari datang ke kajian, baca artikel, sampai nyimak kajian kitab dari beberapa Ustadz di youtube. Tapi... hanya 1 - 2 yang bisa saya praktekan.
Selebihnya? Angel pak, angel!! Saya masih kesulitan menundukkan hawa nafsu saya.
Sejak saya terbiasa bertemu dengan keluarga besar KAF Jember, melihat dari dekat keseharian mereka, berkumpul dengan mereka, dan bahkan pernah juga jalan-jalan bareng dengan mereka...
saya seolah-olah sedang diajari, "gini lho pak buyung perilaku orang yang hijrah... gini lho perilaku seorang muslim yang baik".
Dan memang, sedikit-sedikit perilaku saya bisa berubah. Setidaknya, sudah tidak ada tempat dan waktu khusus untuk menyendiri.
Kadang untuk menjadi baik, yang saya butuhkan tidak sekedar ilmu dan nasehat. Kadang yang saya butuhkan adalah melihat dan mencontoh. Karena ternyata orang-orang baik tersebut tidak hanya ada di dalam buku-buku nasihat, tapi ada di sekitar saya, berinteraksi dengan saya, sehingga mudah untuk ditiru.
Itulah kenapa, ketika Ust. Wiwit memberi kesempatan saya untuk menulis di Grup WA Bazaf langsung saya iyain. Kemampuan menulis saya sebenarnya standar banget, itu bisa dilihat dari tulisan-tulisan saya yang tidak ilmiah-ilmiah banget, hanya sekedar bercerita pengalaman saya sehari-hari bertemu dengan keluarga besar KAF Jember.
Tapi...sementara memang hanya ini kebaikan yang bisa saya berikan. Berharap dengan tulisan-tulisan saya, ada yang terinspirasi untuk jadi lebih baik, sebagaimana saya pernah merasakan sebelumnya.
Dan saya juga berharap... suatu saat bisa naik level seperti wali santri lain yang level kebaikannya sudah berbentuk materi untuk membantu Kuttab, seperti yang saya lihat di grup Posku kemarin.
π₯Ίπ€²
Dua hari yang lalu, saya bertemu pak Aziz (ketua Posku) di rumahnya, saat mengantar barang pesanan nyonya ketua.
"Pak buyung, nanti bisa hadir kan rapat Maqom di kedai?" tanya beliau sambil bersiap-siap berangkat sholat ashar.
"Insya Allah bisa pak", jawab saya.
Dan...qodarullah, maghrib nya motor saya mogok. π€¦♂️
Tapi percayalah pak ketua, jika tidak ada aral melintang, insya Allah saya hadir Maqom edisi ke-2 ini.
Saya selalu menunggu kejutan, "kebaikan apa lagi ya yang bisa saya contoh dari mereka?"
Untuk para wali santri lain, kita bertemu disana yaaa π♂️
Buyung Eko.
Peserta Mabit Qowamah 2 KAF Jember