22 November 2020


Selepas Maghrib, anak-anak membubarkan diri dari shaf berjamaah. Seorang ustadz berinisiatif memanggil dan menawarkan untuk berkisah sebagaimana dulu pernah dirindukan. Namun pemandangan langit lebih memukau. Di ufuk terlihat petir-petir jatuh berkilau. Hanya satu anak terpaku memandangi sang ustadz dengan iba, lalu memanggil teman-temannya.


“Hei, kalian tidak mau mendengarkan kisah?”


Dalam ketakjuban, teman-temannya tak mampu menghirau.


“Ya sudah, aku saja sendiri.” Lanjutnya setengah bergumam.


Anak laki-laki yang baru menginjak awal usia tamyiz ini mendekati sang ustadz, lalu duduk, siap mendengarkan layaknya berada di sebuah majelis ilmu.


Kisahnya dimulai, tentang perjalanan sang baginda Nabi, mengenang perjalanan hijrahnya mendakwahi umat ini.


Si santri tergelitik. “Yang masuk surga yang Muslim saja, ta?” logat jawa campurannya tidak bisa disembunyikan.


Jawaban sang ustadz membuatnya bertekad, “(Kalau begitu) Kalau sudah besar aku akan mengajak orang-orang masuk Islam.”


Ayah, Bunda, berbahagialah. Aminkan doanya.


Anak itu, Abad namanya.

18 November 2020

The discussion about good looking means discussing about good performance and contribution for civil society. In Islam, it relates to the role of the youth for the civilization. These youths prove their faith and be the real heroes with their contributions.


We have many heroes who set examples in terms of bravery and self-sacrifice throughout our Islamic history. These  young Muslim are inspiring.


Some of the heroes were young but influential.

Let me introduce you some of them in Islamic history, many of whom are unknown to many people. They contributed for spread of da'wah, Military and Interpreter.


1. Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam (16 years old)


Though very young, Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam turned his home into the Prophet’s headquarters for 13 consecutive years.

He helped to raise the first Muslim generation who protected the Prophet, defended the faith, and spread the da'wah.


2. Usamah ibn Zaid (18 years old)


Although he was only 18, he was qualified to be appointed by the Prophet as the leader of the last army he was dispatched before he passed away. 

The army was comprised of prominent Companions of the Prophet (peace and blessings be upon them) such as Abu Bakr Ash-Shiddiq and Umar ibn Khattab and many others.


The army was to confront the Roman army, one of the mightiest armies on earth at that time.


3. Zaid ibn Tsabit (13 years old)


Zaid was one of the scribes of the Divine Revelation. He was reportedly learned Syriac and Hebrew in 17 days and became the Prophet’s interpreter. 


Practicing until he perfected it, Zaid committed to the Noble Qur’an to his heart. He contributed to the compilation of the Sacred Word of Allah during Abu Bakr Ash-Shiddiq’s Caliphate.



Dr. Ali Al-Halawani in aboutislam.net criticized how our youth today are? What they aspire to do or achieve? I’ve heard some of the youth today speak of a few of these prominent figures with admiration, but sadly, many others have never even heard of them.


Our heroes are wonderful sources of inspiration; let’s read about them and learn from their courage and sacrifice. Make our youth today proud as good looking, good attitude and good contribution for their faith and society. With Islam, from the youth for the better civilization

* Budi Eko Prasetiya, SS

Selepas Maghrib, anak-anak membubarkan diri dari shaf berjamaah. Seorang ustadz berinisiatif memanggil dan menawarkan untuk berkisah sebagaimana dulu pernah dirindukan. Namun pemandangan langit lebih memukau. Di ufuk terlihat petir-petir jatuh berkilau. Hanya satu anak terpaku memandangi sang ustadz dengan iba, lalu memanggil teman-temannya.

Sumber: t.trusper.com

“Hei, kalian tidak mau mendengarkan kisah?”

Dalam ketakjuban, teman-temannya tak mampu menghirau.

“Ya sudah, aku saja sendiri.” Lanjutnya setengah bergumam.

Anak laki-laki yang baru menginjak awal usia tamyiz ini mendekati sang ustadz, lalu duduk, siap mendengarkan layaknya berada di sebuah majelis ilmu.

Kisahnya dimulai, tentang perjalanan sang baginda Nabi, mengenang perjalanan hijrahnya mendakwahi umat ini.

Si santri tergelitik. “Yang masuk surga yang Muslim saja, ta?” logat jawa campurannya tidak bisa disembunyikan.

Jawaban sang ustadz membuatnya bertekad, “(Kalau begitu) Kalau sudah besar aku akan mengajak orang-orang masuk Islam.”

Ayah, Bunda, berbahagialah. Aminkan doanya.

Anak itu, Abad namanya.

13 November 2020

Hari Jum'at beberapa bulan lalu, saya lupa tanggal persisnya.


Raut wajah mereka agak sedih saat menghitung jumlah uang kencleng (infaq jum'at). "Berapa ukh?" tanya Fulanah A pada sang Bendahara kelas yang menghitung uang. Sementara santri Akhwat lainnya duduk mengelilingi sambil menghitung ulang recehan uang logam.


"Cuma segini.." jawab sang Bendahara sedih.


 "Afwan ana lupa bawa, padahal tadi sudah disiapkan sama bunda ana." Jawab santri lainnya. 


"Iya, ana juga.. Afwan ketinggalan kenclengnya.."


"Biasanya jumlah uang kencleng kita banyak, ustadzah,  karena ukhti fulanah R isi kenclengnya penuh." Kata Fulanah S. 


"Iya, sampai susah ngambilnya saking penuhnya ya." Imbuh Fulanah B. 


"Kok bisa sampai banyak gitu ukh? Antum gak pernah jajan ya?" Tanya teman lainnya.


"Itu seringnya mamanya ana yang ngisi, tiap kali ana bisa bangun sebelum subuh tanpa dibangunkan, maka mama akan  ngisi 10ribu ke kencleng hari itu. Jadi kalau tiap hari ana bisa bangun sebelum subuh, tiap hari mama akan ngisi ke kencleng."


"MasyaaAllah, itu tanda syukur mama pada Allah nak, atas kenikmatan melihat putrinya bangun sebelum subuh tanpa dibangunkan." 


Teman-teman lain ikut menyahut, 

"Semoga antum istiqomah bangun subuh ya ukh, biar kelas kita infaqnya paling banyak. Eh.." sambil spontan menutup mulut dengan kedua tangannya.



"Kata ustadzah, niatnya harus diluruskan, jangan karena banyak-banyak an, yang penting ikhlas."


"Kalau bisa banyak dan ikhlas kan lebih baik, ya ustadzah?" tanya mereka menggebu. 


MasyaaAllah. . Deg. Saya menatap tanpa bisa menjawab.


"Tapi uang saku ana hanya seribu dan itu ana masukkan ke kencleng. Ana ndak jajan.. biar nanti sama Allah diganti  hadiah yang lebih bagus di surga."


MasyaaAllah... Inikah cara Engkau mengajar diri ini ya Allah dari lisan mereka.. yang tulus tanpa noda.. 


"Betul nak, bukan besaran nominalnya melainkan besaran keikhlasan antunna yang akan dinilai oleh Allah


Semoga Allah mengganti dengan hadiah yang istimewa atas setiap keikhlasan dan pengorbanan antunna.


Memberikan keberkahan bagi ilmu antunna hingga kelak menjadi cahaya bagi semesta.


#catataniman #qonuni1akhwat

12 November 2020

Tepat setahun yang lalu saya dan istri memulai petualangan "tinggal di kota". Kami tinggal di sebuah rumah dua lantai, yang mana lantai duanya adalah kos-kosan putri. Rumah yang berada di Perumahan Jember Permai Satu tersebut -biasa dikenal dengan Perumahan Semeru-, milik salah satu guru di SD Islam swasta di daerah Pakem, yang mana istri saya pernah mengajar disitu.



Foto-foto waktu MAQOM 2



Berjalan sekian pekan, saya baru tau ternyata saya bertetanggaan dengan pak Henry, ketua Posku saat itu. Rumah beliau hanya berjarak dua blok dari rumah kami. Dan beberapa kali saya bertemu saat sholat di Masjid persis depan rumah yang saya tempati tersebut.


Mungkin, dengan pertimbangan memudahkan kordinasi karena tinggal di perumahan yang sama, akhirnya pak Henry menunjuk saya sebagai salah satu panitia dalam Mabit Qowamah (Maqom) edisi pertama.


Tapi... Saya kabur-kaburan, dan akhirnya pamit dari kepanitiaan lewat pak Sony. (Afwan njeh pak Henry, baru minta maaf sekarang).

πŸ™πŸ€­πŸ€¦‍♂️


Iya, sampai hari itu saya adalah makhluk yang gemar bersendirian. Kalaupun datang ke sebuah acara, entah undangan resepsi ataupun kajian, pokok selesai, langsung pulang!


Bahkan di rumah, saya punya tempat khusus untuk menyendiri, dan waktu yang khusus pula. Istri dan anak-anak saya sudah paham dengan ini.


Semua berubah ketika istri saya ditunjuk untuk mengurus Bazaf, yang kemudian saya menyusul untuk ikut membantu.


Bertemu langsung dengan santri, wali santri, ustadz ustadzah di rumah mereka masing-masing, dan melihat cara mereka berinteraksi membuka mata saya, bahwa label "hijrah" yang saya klaim hanyalah omong kosong!


Alhamdulillah saya tau beberapa ilmu agama. Hal tersebut saya dapat dari datang ke kajian, baca artikel, sampai nyimak kajian kitab dari beberapa Ustadz di youtube. Tapi... hanya 1 - 2 yang bisa saya praktekan. 

Selebihnya? Angel pak, angel!! Saya masih kesulitan menundukkan hawa nafsu saya.


Sejak saya terbiasa bertemu dengan keluarga besar KAF Jember, melihat dari dekat keseharian mereka, berkumpul dengan mereka, dan bahkan pernah juga jalan-jalan bareng dengan mereka...

saya seolah-olah sedang diajari, "gini lho pak buyung perilaku orang yang hijrah... gini lho perilaku seorang muslim yang baik".


Dan memang, sedikit-sedikit perilaku saya bisa berubah. Setidaknya, sudah tidak ada tempat dan waktu khusus untuk menyendiri.


Kadang untuk menjadi baik, yang saya butuhkan tidak sekedar ilmu dan nasehat. Kadang yang saya butuhkan adalah melihat dan mencontoh. Karena ternyata orang-orang baik tersebut tidak hanya ada di dalam buku-buku nasihat, tapi ada di sekitar saya, berinteraksi dengan saya, sehingga mudah untuk ditiru. 


Itulah kenapa, ketika Ust. Wiwit memberi kesempatan saya untuk menulis di Grup WA Bazaf langsung saya iyain. Kemampuan menulis saya sebenarnya standar banget, itu bisa dilihat dari tulisan-tulisan saya yang tidak ilmiah-ilmiah banget, hanya sekedar bercerita pengalaman saya sehari-hari bertemu dengan keluarga besar KAF Jember.

Tapi...sementara memang hanya ini kebaikan yang bisa saya berikan. Berharap dengan tulisan-tulisan saya, ada yang terinspirasi untuk jadi lebih baik, sebagaimana saya pernah merasakan sebelumnya.

Dan saya juga berharap... suatu saat bisa naik level seperti wali santri lain yang level kebaikannya sudah berbentuk materi untuk membantu Kuttab, seperti yang saya lihat di grup Posku kemarin. 

πŸ₯ΊπŸ€²



Dua hari yang lalu, saya bertemu pak Aziz (ketua Posku) di rumahnya, saat mengantar barang pesanan nyonya ketua.

"Pak buyung, nanti bisa hadir kan rapat Maqom di kedai?" tanya beliau sambil bersiap-siap berangkat sholat ashar.

"Insya Allah bisa pak", jawab saya.


Dan...qodarullah, maghrib nya motor saya mogok. 🀦‍♂️


Tapi percayalah pak ketua, jika tidak ada aral melintang, insya Allah saya hadir Maqom edisi ke-2 ini.


Saya selalu menunggu kejutan, "kebaikan apa lagi ya yang bisa saya contoh dari mereka?"


Untuk para wali santri lain, kita bertemu disana yaaa πŸ™‹‍♂️



Buyung Eko.

Peserta Mabit Qowamah 2 KAF Jember

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab