Terkini

20 Juli 2021

Oleh: Gilig Pradhana 

"Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".

 

Salah satu domba gemuk di peternakan AyoKurban dari Wuluhan Jember. Dijual melalui https://kurbaninaja.id/

Sebuah ayat dari Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 27 mengisahkan tentang dua macam pengurbanan, bukan tentang bentuknya, melainkan tentang kualitasnya.

 

Habil mencontohkan kurban yang terbaik, sedangkan Qabil justru memilih yang terburuk. Keduanya memang sama-sama berkurban, tapi ternyata tidak semua kurban diterima.

 

Apakah Kurban Kita Akan Diterima

 

Itulah yang harus menjadi pertimbangan saat kita memilih kurban. Dan ini bukan hanya di momen spesial, melainkan dalam keseharian kita.

 

Tatkala kita mendengar panggilan adzan, apakah kita akan memenuhinya dengan bersegera sholat atau bersantai-santai hingga ke ujung iqomah?

 

Saat kita melihat saudara semuslim membutuhkan bantuan, akankah kita membagi rizqi baik yang kita nikmati atau merogoh recehan di lipatan dompet?

 

Di kala berseteru dengan sahabat, apakah kita yang akan datang mendahului mencari keridhoan atau menunggu-nunggu di rumah menganggap diri selalu benar dan yang lain selalu salah?

 

Kita memiliki "ismail" dalam diri kita masing-masing.

 

Ada yang merasa berat dengan keluarganya, sangat mencintai istrinya, gemar menghitung hartanya, membangga-banggakan pekerjaannya, enggan berpisah dengan HP nya, semua kecintaan itu akan menjadi salah satu ujian yang akan diambil oleh Allah untuk melihat mana yang lebih dicintai; apakah Tuhan ataukah karunia-Nya?

 

Kurban Pilihan Para Nabi

 

Setiap kali diberikan pilihan beramal, para Nabi selalu memilih yang terbaik. Domba kurban Nabi Muhammad sholallahu ‘alayhi wa salam adalah yang gemuk. Namun tidak hanya dalam masalah hewan, Nabi Musa alayhi salam ketika diberi pilihan apakah memberikan mahar berupa bekerja 8 tahun ataukah 10 tahun, beliau memilih yang sempurna, yakni 10 tahun.

 

Ketika Allah memerintahkan Nabi Musa 'alayhissalam untuk memilih 70 orang terbaik di antara Bani Israil, kemudian ia (Musa) memanggil mereka agar menghadap-Nya untuk bermunajat dan menerima Taurat,  maka Nabi Musa 'alayhissalam bersegera memenuhi panggilan-Nya.

 

Karena cinta dan rindunya kepada Rabb-Nya, Nabi Musa 'alayhissalam meninggalkan kaumnya di belakang.

 

Maka, ketika telah sampai, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepadanya:

 

وَمَا اَعْجَلَكَ عَنْ قَوْمِكَ يَا مُوسَى  ِ قَالَ هُمْ أُلئِي عَلَى أَثَرِي وَ عَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

 

"Mengapa engkau datang lebih cepat dari kaummu wahai Musa ?" Musa menjawab: "Mereka sedang menyusul aku dan aku bersegera kepada Mu, wahai Rabb ku agar Engkau ridha kepadaku."

 

Kesempurnaan beramal inilah yang harus kita jadikan semangat, sebagaimana ayat “Fastabiqul Khoirot” (QS Al-baqarah 148), berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya bila orang sedang berlomba, dia selalu berusaha menjadi yang nomor satu. Untuk itu tenaga yang dikerahkan akan sekuatnya, di ujung batas tertinggi, dan itulah maksud dari “semampunya”.

 

Balasan Kebaikan

 

Hari ini adalah hari yang sangat baik untuk memulai perlombaan itu. Marilah kita pacu diri dengan imbalan Allah atas amal sholih kita.

 

Ibunda Hajar alaiha salam, dalam terik panas kehausan, berlari dari Shofa ke Marwa bolak-balik demi mendapatkan tanda-tanda kehidupan kemudian di puncaknya diganjar Allah dengan zam-zam, yang penuh berkah tidak hanya buat sang ibu dan anak, bahkan untuk miliaran umat Islam di sepanjang zaman. Lahirlah syariat “sa’i” yang diikuti para jamaah haji dari tahun ke tahun meniru apa yang dilakukannya. Pahala para jamaah itu mengalir kepada ibunda Hajar, satu per satu, terus mengalir hingga entah kapan.

 

Ayah dan anak, nabi Ibrahim dan nabi Ismail alayhuma salam, berkurban nyawa, sebuah pengurbanan yang paling berat dalam sepanjang sejarah manusia. Dan perintah itu ditunaikan dengan sempurna, kemudian diganjar Allah dengan domba yang besar, kemudian lahirlah syariat berkurban yang diikuti pula oleh kaum Muslimin sepanjang zaman. Setiap ampunan yang dianugerahkan kepada setiap bulu hewan kurban, mengalir pula untuk sang teladan.

 

Maka marilah berkurban…

 

Mungkin dari berkurban waktu tidur kita di malam hari, untuk bangun sholat tahajjud… barangkali akan menjadi teladan bagi anak cucu kita, yang pahalanya Allah alirkan juga kepada kita.

 

Bisa juga dari kebiasaan kita bersusah-payah mengumpulkan keluarga di waktu maghrib, untuk mengajarkan mereka Al-Qur’an… mungkin akan menjadi inspirasi, di antara anak cucu kita ada yang menjadi guru mengaji, dosen bahasa Arab, ulama tafsir yang mengajar ummat, kemudian Allah perkenankan pahala-pahala mereka abadi untuk kita.

 

Kurban apa pun itu, niatkanlah ikhlas untuk Allah, dan berikanlah yang terbaik, bukan yang asal-asalan. Karena kalau Allah ridho… balasannya akan jauuuh… lebih baik dari apa yang telah kita kurbankan.

 Ya Allah bimbinglah kami...

Wallahu a’lam bish showab.

 Oleh: Ustadzah Weta Nur Rohmah



Hari itu pekan terakhir sebelum para santri memasuki liburan semester.


Mereka berdialog tentang moment istimewa yang bertepatan pada pekan kedua bulan depan saat mereka mulai memasuki tahun ajaran baru.


"MasyaaAllah, sebentar lagi kita masuk bulan Dzulhijjah ya teman-teman.”


"Iya, ndak kerasa ya, ana rindu 2 tahun lalu kita bareng-bareng menyaksikan penyembelihan hewan qurban, membagikan dagingnya ke warga sekitar dan masak sate terus makan sate bareng-bareng.”


Benar, 2 tahun lalu para santri menyaksikan penyembelihan hewan qurban dan turut membagikannya kepada warga sekitar Kuttab. Serta merasakan masak dan makan sate bersama-sama. Namun tahun lalu, memasuki pandemi, mereka tidak diikutsertakan. Sontak terlihat raut sedih menyelimuti wajah mereka. 


Saya mencoba mengalihkan dengan mengingatkan mereka pada kisah istimewa di bulan Dzulhijjah.


"Anak-anak, ada yang masih ingat ndak kisah yang melatarbelakangi peristiwa qurban? ” yang kemudian dijawab antusias oleh mereka. 


"Kisah Habil dan Qabil, Ustadzah.”


“Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, Ustadzah.”


"MasyaaAllah.. betul semua nak. Allah mengabadikan kisah Habil dan Qabil dalam surat Al Maidah ayat 27, dimana Allah menerima qurban dari Habil dan tidak menerima qurban dari Qabil.”


Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka (qurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.”


"Kenapa Allah menerima qurban Habil dan tidak menerima qurban dari Qabil, Ustadzah?”


"Karena Habil mempersembahkan qurban terbaik dengan dilandasi ketakwaan pada Allah nak, sedangkan Qabil memberikan qurban dengan kualitas yang buruk dilandasi kesombongan. Sedangkan Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang bertaqwa.”


“MasyaaAllah berarti kita harus mempersembahkan amalan terbaik di hadapan Allah ya Ustadzah. Seperti yang diteladankan Nabi Ibrahim dan Ismail juga. Kan Nabi Ibrahim sudah lama menginginkan seorang putra, eh pas sudah besar diperintahkan untuk disembelih, tapi masyaaAllah beliau tidak membantah perintah Allah.” Seru salah seorang santri, yang kemudian ditimpali oleh temannya.


  "Ismail juga keren ya Ustadzah.” sembari ananda membaca terjemahan surat As Shaffat ayat 102,

 "Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."


Semua santri berbarengan mengucapkan, “MasyaaAllah.. MasyaaAllah.”


"Nah, anak-anak kita bisa mengambil pelajaran besar dari kisah-kisah beliau, adakah yang mau menyebutkan apa saja inspirasi yang bisa kita ambil?”


"Ana ustadzah” salah satu santri mengacungkan tangan. 


“Dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, kita harus memberikan perngorbanan dan perjuangan terbaik. Gak boleh biasa-biasa aja, apalagi yang sisa-sisa.”


Santri lain turut mengacungkan tangan, 

"Kita harus sami'na wa atho'na sama perintah Allah. Harus bersabar menjalankan semua perintah Allah."


"MasyaaAllah betul semua nak, mari senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan ketaatan terbaik, bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, mengamalkan dan mensyiarkannya.”


“Termasuk bagi yang mampu berqurban, maka qurban ini juga merupakan bentuk pendekatan kita kepada Allah, sebagaimana hadist Nabi, “Tidak ada suatu amal anak Adam pada hari raya Qurban yang lebih dicintai Allah selain menyembelih qurban.” (HR. At Tirmidzi)


"Nah, nanti ana mau tanya ke Bunda udah persiapan beli  hewan qurban apa belum."


Langsung ditanggapi oleh teman-temannya.. 

"Jangan lupa belinya di ...."


Yang disambut senyum bahagia oleh seluruh teman-temannya. 

Akhirnya suasana kembali ceria.


#catataniman

#qonuni1&2akhwat

Oleh: Ustadzah Weta Nur Rohmah




Hari itu mereka belajar mutun tamhidi Al Adzkar wal Adab 

Hadist yang pertama. 


مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ


“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim) 


Mereka bersemangat mengamalkannya, dengan mengupayakan talaqqi mendatangi majelis ilmu, ada yang dengan berjalan kaki, ada yang naik sepeda kayuh dengan jarak yang cukup memerah peluh, ada yang mengendarai sepeda motor dan mobil karena jarak rumah yang sangat jauh. 


Semuanya penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, Ayah Bunda bangun lebih awal mempersiapkan semua keperluan. Menyediakan sarapan dan mengondisikan segala yang mendukung putra-putrinya hadir majelis ilmu. 


Semoga setiap langkah kaki, setiap kayuhan sepeda, setiap tetes bensin kendaraan yang menghantarkan ananda menempuh jalan menuntut ilmu akan menjadi jalan yang memudahkan ananda beserta keluarga menuju surga-Nya.


Semoga ketundukan, ketegaran hati dan keridhoan kita dalam mengiring ananda menuntut ilmu, berbuah petunjuk, serta balasan indah berlipat-lipat dari-Nya.


"Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya" (QS. Maryam: 76)


“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)


Di moment Dzulhijjah ini, hari-hari terbaik, semoga segala perjuangan, pengorbanan dan ketataan terbaik yang kita persembahkan mendapatkan ridho dan keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala


Dengannya, semoga Allah menjaga, melindungi dan melimpahkan pertolongan pada kita semuanya. Seluruh saudara kita, kaum muslimin di manapun berada. 


Seringkali kami dilanda rasa bersalah karena tidak bisa membantu dengan harta benda maupun jiwa raga, namun mudah-mudahan do'a anak-anak di majelis ilmu serta kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu menjadi jalan pertolongan dan perlindungan Allah bagi kita semua. Khususnya menjadi jalan yang memudahkan meraih ridho dan surga-Nya. 


Untuk keluarga besar Kuttab yang saat ini sedang sakit, ataupun menghadapi ujian lainnya, maafkan kami yang hanya berkata-kata tanpa membantu apa-apa, perkenankan kami menyampaikan salam serta do'a dari para santri untuk panjenengan semua. Semoga Allah melimpahkan pahala atas kesabaran, memberikan kesehatan serta keberkahan untuk panjenengan semua. 


Ya Allah, jagalah kami..

Oleh: Ustadzah Agustina

Sesaat setelah majelis kisah berakhir, santri kuttab awal 1B berkumpul kembali di sisi pojok kiri masjid Nurul Muhajirin. Ini adalah tempat yang biasa mereka gunakan untuk bermajelis ilmu bersama teman-teman dan ustadzah. Mereka terlihat menggeser-geser sendiri posisi duduk mereka, seakan-akan mengingat perkataan ustadzah, bahwa ketika di majelis ilmu baiknya lutut satu bertemu dengan lutut temannya yang disamping.

Majelispun dibuka, disusul dengan pertanyaan ringan dari ustadzah.



"Nak, tadi saat berkisah ustadz menyampaikan bahwa menuntut ilmu itu akan memudahkan jalan kita kemana nak?"


"Surga......" 

mereka serempak menjawab dengan semangat


"Nah, siapa diantara kalian yang ingin masuk surga?"


Dengan segera merekapun  mengangkat tangan seraya berkata 

"Ana ustadzah..."


"MasyaAllah, coba ustadzah ingin tahu, kenapa kalian ingin masuk surga?"


Satu persatu santri pun ditunjuk, dan satu persatu jawaban polospun terlontarkan.


"Ana ingin masuk surga karena di surga banyak makanan ustadzah"


"Ana ingin masuk surga, karena di surga ada semuanya ustadzah"

Mungkin maksudnya semua keinginan manusia tersedia di surga... MasyaAllah


"Ustadzah ana ingin masuk surga karena surga itu luas ustadzah"

MasyaAllah, seolah dia meyakinkan bahwa seberapa banyak orang yang akan dia ajak ke surga, tak akan membuat surga terasa sesak.


Dan tibalah giliran santri akhwat yang mengacungkan tangan


"Ustadzah ana ingin masuk surga, karena ana ingin bertemu dengan istri Rasulullah yang bernama khadijah"


MasyaAllah jawaban itu terlontar dari seorang santri yang namanya sama dengan istri pertama Rasulullah. Terlihat sekali bahwa dia paham betul bagaimana kemuliaan bunda Khadijah🥺


Tidak lama dari itu, santri akhwat yang lain juga menjawab

"Ustadzah ana ingin masuk surga karena ana ingin berkumpul dengan teman-teman ana yang sekarang bersama dimajelis ilmu, dan juga ingin bertemu dengan Rasulullah"


Ya Allah, keindahan surga sudah menancap kuat dihati mereka. Hingga kata lelah seolah mereka sembunyikan agar cita-cita mulia mampu mereka raih.

Semoga mereka menjadi penyejuk hati bagi semua orang disekitarnya, dan semoga Allah mudahkan langkah mereka untuk menggapai tempat terindah yang mereka impikan.


#MOKAHariKe4

#KuttabAwwal1B

Oleh: Ustadzah Lini Astutik


Beberapa kali kami jumpai ketika waktu kudapan tiba, ada salah satu santri yang tidak membawa kudapan karena santri tersebut sedang berpuasa sunnah. 




Saat kudapanpun saya meminta ananda untuk membaca atau agak menjauh dari teman-temannya yang tidak berpuasa. Untuk melatih santri lainnya dalam menjaga adabnya dihadapan orang yang berpuasa dengan tidak makan dihadapannya.


Ternyata ananda tetap ingin bersama teman-temannya disaat kudapan meski sedang berpuasa. 


Masyaa Allah pemandangan seperti ini tidak hanya sekali, dua kali kami jumpai. Bahkan hampir setiap senin kamis dan hari-hari dimana disunnahkan untuk berpuasa ananda juga berpuasa. 


Tak pernah kami melihat keinginan dari ananda untuk membatalkan puasanya. Padahal ananda termasuk santri yang jarak rumah ke kuttab sangatlah jauh. Dari pagi sekitar pukul 05.00 hingga 05.30-an ananda harus bersiap-siap menanti jemputan. 


Belum lagi waktu kegiatan belajar dan kegiatan lainnya di kuttab hingga pukul 12.30 dilanjutkan   belajar mengaji sampai sore hari sekitar pukul 16.00. 


Masyaa Allah belum pernah kami dapati ananda mengeluh untuk membatalkan puasanya dikala seusianya belum mampu menjalankan puasa sunnah. Ananda senantiasa istiqomah menjalankannya.


Bahkan dihari-hari puasa sunnah lainnya seperti puasa syawal dan puasa lainnya kami perhatikan ananda menjalankannya. 


Masyaa Allah. . Sungguh iri hati ini ingin bisa istiqomah  seperti ananda. 


Sehingga muncul keinginan untuk berdialog dengan ananda. Saya menanyakan motivasi yang bisa memperkuat ananda menjalankan puasa sunnah.

 

Ternyata dorongan kuat ananda berpuasa sunnah adalah keteladanan dari orang tua yang tak pernah lelah memberikan contoh untuk ikut berpuasa sunnah.


Teladan dan dorongan dari Ayah Bundanya yang tak kenal lelah memberi contoh kepada ananda. Walaupun bunda tidak ikut berpuasa karena kondisi hamil tetapi bundanya berperan aktif membangunkan maupun memasakkan.


Sosok ayah juga senantiasa ananda teladani. Tidak cukup itu teladan yang ananda dapatkan. Di kelasnya pun ananda sering mendapati salah satu ustadz yang masyaa Allah beliau  istiqomah berpuasa sunnah. Sehingga bisa menjadi teladan bagi santri-santri beliau. 


Benarlah apa yang disampaikan di dalam Al Qur'an surat Luqman ayat 13-16. Tentang peran orang tua terutama ayah dalam hal mendidik anak.


Dan sesungguhnya dalam mendidik anak, yang dibutuhkan tidak hanya ilmu, tetapi contoh teladan baik dari orang tua sebagai pendidik di rumah juga membutuhkan teladan di sekolahnya untuk memperkuat keimanan santri dalam mengamalkan ilmunya demi menggapai rido Allah subhanahu wa ta'ala..


Ya Allah Bimbinglah kami...



#AdabSebelumIlmu

#ImanSebelumQur'an

#KA_3

#semesterlalu

 ابو الانبياء إبراهيم عليه السلام وأساليبه فى تربية ابنه 



بقلم : حرمان أنس

                               Oleh : Herman Anas 

أستاذ القرأن كتاب الفاتح جمبر


الله سبحانه وتعالى يقول فى القرأن العظيم فى سورة الممتحنة الاية الرابعة والسادسة جعل ابراهيم عليه السلام اسوة حسنة او مثل الاعلى للمؤمنين لمن كان يرجوا الله واليوم الاخر. فلابد للمؤمنين ان يجعلوا مثل الاعلى ولا  يبحثونه الاخر. 

لان ما نص واخبر فى القرأن العظيم فهو نجا فى الدنيا والاخرة وأما الذين فى خارج القرأن فكيف نتبعوهم كافة والله لا يضمنهم.

نتبعوهم فيما وافق القرأن والسنة فقط. 

فكيف ابراهيم عليه السلام فى تربية ابنه ؟

 

١. تفضيل او تخيير الزوجة الصالحة 

فى تربية الان يبحثون تربية الاولاد ولكن ينسون فى استعدادها والاسلام يهتم فى استعداد تربية الاولاد بل منذ تخيير الزوجة الصالحة. كما فعل ابراهيم عليه السلام فى تقبيل سيدة حجر عبد الصالحة 


٢. الدعاء

 لقوله تعالى رب هب لي من الصالحين الصافات ١٠٠

والدعاء مخ العبادة . الدعاء استدعاء العبد ربه العناية، واستمداده إياه المعونة، وإظهار الافتقار إليه، والبراءة من الحول والقوة، وهو وسيلة من الوسائل التي يتوصل بها العبد إلى مطلوبه من ربه تعنى ذرية صالحة


٣. أسوة حسنة 

لقوله تعالى قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم والذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برآء منكم ومما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم العداوة والبغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده إلا قول إبراهيم لأبيه لأستغفرن لك وما أملك لك من الله من شيء ربنا عليك توكلنا وإليك أنبنا وإليك المصير الممتحنة ٤

كما فى المقالة لسان الحال افصح من لسان المقال



٤. اختيار البيئة الحسنة 

لقوله تعالى 

ربنا إني أسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع عند بيتك المحرم ربنا ليقيموا الصلاة فاجعل أفئدة من الناس تهوي إليهم وارزقهم من الثمرات لعلهم يشكرون ابراهيم ٣٧

كماقال الشاعر : عن المرء لاتسأل وسل عن قرينه فإن القرين بالمقارن يقتدى


٥. تكلم بحسن الكلام مثل نداء إبنه 

لقوله تعالى 

فلما بلغ معه السعي قال يا بني إني أرى في المنام أني أذبحك فانظر ماذا ترى قال يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني إن شاء الله من الصابرين الصافات ١٠٢


٦. الحب لله 

عند ما أمر ان يذبح ابنه ففعلوا ذلك الامر  راضيا بأمر الله.  كقوله تعالى

فلما بلغ معه السعي قال يا بني إني أرى في المنام أني أذبحك فانظر ماذا ترى قال يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني إن شاء الله من الصابرين الصافات ١٠٢


٧. مع ذريته فى العبادة 

لقوله تعالى فى القرآن العظيم 

واذ يرفع إبراهيم القواعد من البيت وإسماعيل ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم

سورة البقرة ١٢٧


٨. همة عالية واستعداد ذريته ليتكون الامام 

لقوله تعالى

وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات فأتمهن قال إني جاعلك للناس إماما قال ومن ذريتي قال لا ينال عهدي الظالمين. البقرة ١٢٤


جمبر،  ٩ ذو الحجة ١٤٤٢

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab