29 Agustus 2017


Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat
QS Ibrahim ayat 37


Doa ini dipanjatkan dalam kedatangan Nabi Ibrahim yang kedua kalinya menjenguk putranya, Nabi Ismail. Itulah mengapa ayah dan anak ini begitu dekat, padahal mereka dipisahkan tempat yang jauh dan waktu yang lama. Belum ada alat komunikasi dan transportasi seperti sekarang.

Kedekatannya dibangun dalam pendidikan robbani. Nabi Ibrahim selalu melantunkan doa untuk anaknya dalam sholat. Doa inilah yang menjadi salah satu pengingat hubungan antara ayah dan anak. Nabi Ismail juga diikutkan dalam membangun Kabah.

Ini pelajaran penting bagi para ayah. Ikutkanlah anak-anak anda dalam segala kebaikan karena itu mendidik mereka untuk selalu berbuat baik.
Betapa indah kalimat yang diucapkan oleh sang ayah di posisi diperintahkan Allah meninggalkan anak-istrinya disebuah lembah yang yang tidak ada makanan, air dan kehidupan. Satu-satunya harapan Ibrahim adalah karena di tempat itu ada masjid, rumah Allah.

MASJID: RUMAH ALLAH

Masjid adalah pusat kegiatan umat Islam. mulai dari shalat berjama’ah hingga kegiatan keilmuan lainya. Masjid adalah lambang sekaligus tolak ukur dari maju mundurnya peradaban umat Islam. Mutu kajian di masjid, kualitas dan kuantitas sholat jama’ah di masjid menjadi tolok ukur kemajuan peradaban Islam.

Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah ritual, seperti salat dan zikir. Tetapi masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian santunan sosial, bahkan tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi/tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama. 

Berawal dari pembinaan yang dilakukan
Nabi Muhammad di masjid, lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia. Seperti, Abu Bakar Shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.

Ini artinya, selain sebagai tempat salat dan berzikir, masjid juga berperan sebagai sekolah. Di masjid, Nabi mendidik para sahabatnya dan mengajarkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Di Masjid, dilatih para da’i untuk kemudian dikirim ke berbagai daerah mengajarkan Islam kepada penduduknya. Masjid pun menjadi pusat berkembangnya ilmu-ilmu keislaman. Misalnya, Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, yang terkenal itu. Pada mulanya merupakan kegiatan belajar di Masjid al-Azhar yang dibangun pada masa dinasti Fatimiyah.

Masjid Nabawi di Madinah dahulunya berperan sebagai pusat kegiatan sosial. Bahkan di Masjid dibuat sebuah tenda tempat memberi santunan uang dan makanan kepada fakir miskin. Masalah pernikahan, perceraian, perdamaian dan penyelesaian sengketa masyarakat juga diselesaikan di masjid. Orang-orang yang terluka dalam peperangan juga diobati di masjid. Di masjid pula Nabi memberi pengarahan dan instruksi kepada para tentara yang dikirim ke suatu tempat untuk berjihad. 
Masjid pun digunakan sebagai tempat bertemunya pemimpin (pemerintah) dengan rakyatnya. Bermusyawarah membicarakan berbagai kepentingan bersama.
Itulah sebabnya seorang pemimpin daerah (seperti Gubernur) juga menjabat imam masjid. Di masjid juga Nabi menerima delegasi dari luar negeri dan mengirim utusannya ke luar negeri. Di masjid, para sahabat berlatih berperang dengan disaksikan oleh Nabi Muhammad. Selain itu, masjid juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan ekonomi. Di masjid, dibangun baitul maal, dihimpun sedekah dan wakaf dari orang-orang kaya kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan uluran dana lainnya. 

Inilah pemikiran dan harapan dari Nabi Ibrahim yang jauh ke depan. Menembus sekat waktu, melampau zaman dan meloncat jauh ke depan tanpa ada batas. Pemikiran dan harapan semacam ini hanya didasari oleh iman, karena akal tidak bisa dan tidak sampai.

Jiwa optimis Nabi Ibrahim membuatnya berharap kepada Allah agar manusia berbondong-bondong mendatangi masjid yang baru saja dia bangun bersama anak kecilnya, Ismail.

Inilah pelajaran Nabi Ibrahim kepada kita untuk bertauhid: bahwa walaupun hidup di tempat yang terpencil, tandus, tidak ada makanan dan kehidupan namun pecaya bahwa tempat yang dibarokahi akan jadi pusat peradaban mengundang manusia untuk berbondong-bondong memakmurkannya.

BANGUN OPTIMISME

Seorang ayah, guru atau pendidik hendaknya mengajarkan sikap optimis dan bercita-cita tinggi kepada anaknya. Jadikanlah kekurangan, kemiskinan, kelemahan sebagai pelecut menuju kesuksesan. Karena terkadang sukses itu soal mental.


Kita yang mulai membangun, Allah yang akan menyempurnakan. 

Kita mulai membuka pintu kesuksesan dengan usaha dan doa, maka Allah akan memberikan kesuksesan melalui pintu itu.

Kalau pintu itu tidak pernah dibuka, bagaimana kesuksesan bisa memasukinya? Nabi Ibrahim mendidik kita untuk terus membangun asa dan memegang teguhnya kendati didera kondisi yang sangat sempit sekalipun.

Memang tidak mudah dan tidak ada yang instan. Siapa menyangka di sebuah tempat yang tidak prospektif untuk dakwah baru 3000 tahun kemudian bisa melahirkan pusat peradaban yang mendunia. Doa sang Nabi akhirnya dikabulkan secara sempurna oleh Allah.

Tidakkah kini kita nikmati manis buahnya, seluruh umat islam dari berbagai penjuru dunia menghadapkan wajahnya ke kiblat dan mensujudkan keningnya ke arah Kabah. Hingga detik ini milyaran umat Islam dari berbagai penjuru dunia menambatkan hatinya, mencita-citakan hidupnya, memupuk kerinduannya ke Baitullah. Berapa juta manusia tiap tahunya yang mengunjungi Kabah. Allah mengabulkan doa hambaNya, sekalipun itu sudah lewat ribuan tahun.

Jangan tularkan keputusasaan dan sikap berpangku tangan kepada anak. Kerjakan apa yang bisa kita kerjakan meskipun itu tidak bisa merubah keadaan sepenuhnya. Setidaknya apa yag kita kerjakan bisa menjadi batu loncatan dan semangat bagi anak kita untuk terus berusaha.

Bermimpilah untuk kejayaan, kendati yang mengenyam kesuksesannya bukanlah diri kita sendiri, melainkan cucu buyut kelak.

Bangunlah impian anak didik anda menjadi pribadi yang sukses, pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya. Pribadi yang menjadi pelopor bagi kemajuan Islam. Andalah umat yang dijanjikan!


#2Kurikulum #ImanDanAlQuran

27 Agustus 2017

Tentang Rencana: 
Nak, jika hari ini kalian bersatu memikirkan kelas ini.
Maka esok, tentang ummat ini.
Suara mereka bagaikan mata air, menyejukkan suasana menjelang siang hari itu. Sebenarnya kata-kata itu bukan hanya untuk menyemangati mereka, melainkan juga untuk mencambuk diri ini sendiri.
Semangat karena Allah...

"Ayo sekarang kita belajar menulis huruf M”ajakku.

Salah satu santri ikhwan, mengacungkan tangan, “capek ustadzah..", disusul kemudian santri ikhwan lainnya menimpali “lapar ustadzah, habis ini makan siang?"

Kuhela nafas, belum sempat lisan ini menjawab, Halimah mengacungkan tangan, “Ustadzah, kalau kita capek dapat pahala?”

MasyaaAllah.. deg... Allah gerakkan lisan bidadari kecil ini untuk menguatkan kembali semangat kami.

“Benar halimah, kalau capeknya dalam kebaikan, seperti menuntut ilmu insyaaAllah dapat pahala.” Kujawab sambil terus bersyukur dalam hati kecilku atas pertemuanku dengan para calon “pemimpin besar” generasi kegemilangan Islam masa depan.

Athifa mengacungkan tangan, “Kalau pahalanya banyak bisa masuk surga, ustadzah?”
Aku mengangguk mantab sambil terus tersenyum penuh syukur. "InsyaaAllah". 

“Kalau di surga sudah nggak capek?”Tanya santri ikhwan yang awalnya lesu tadi. 
"Nggak capek, kalau sudah di surga waktunya istirahat. Di sana enak, mau apa saja ada.”
“Ada es krimnya?”Tanyanya.
"Saya mau durian sama baju yang buanyaaak”kata Athifa. “
"Aku juga mau baju-baju sama kue di surga”kata Shabira. 
“Ada spiner nya juga?”Tanya fadi. “
 “Spiner itu apa nak?”
"Itu lho ustadzah, yang bisa muter-muter. Kelap kelip bagusss”sambil jari telunjuknya diputar-putar meragakan. Oalah.. baru ngeh. 
"Lebih bagusss kalau yang ada di surga.”

"Kita ingin masuk surga, horeee” serentak mereka mengepalkan tangan tanda semangat.
"Aamiin...”

“Jadi anak-anak harus siap capek ya kalau ingin surga. Sebelum berangkat ke kuttab, dari rumah berniat untuk menuntut ilmu karena Allah. InsyaaAllah sepanjang perjalanan akan terus didoakan oleh malaikat, ikan-ikan di lautan dan seluruh makhluk Allah. Apalagi yang rumahnya jauh dari kuttab, pahalanya tambah banyak. Karena harus bangun lebih pagi, persiapan lebih awal dan lelahnya perjalanan jauh yang ditempuh”

“Kayak fahmi ustadzah, rumahnya jauh di Wuluhan” kata santri ikhwan yang lain. "Berapa jam perjalanan dari rumah fahmi ke kuttab? “
“30 jam “jawab fahmi.. 

"Aku juga jauh ustadzah, naik motor”,  “aku naik mobil anjem", “malaikatnya ikut naik mobil juga ustadzah?”
“iya.. yang rumahnya dekat juga dapat pahala yang banyaaaaak karena niatnya semata-mata ikhlas belajar karena Allah.”Jawabku.

Aku tersenyum.. haru mendengar celetukan-celetukan polos di usia 5 & 6 tahun yang penuh dengan ruh keimanan, Allah yang menggerakkan hati mereka.. 

"Jangan lupa besok berniat ya, anak-anak berangkat ke kuttab untuk menuntut ilmu karena Allah.. Se-ma-ngat !!!!! “

"Semangat karena Allah !!!!”Jawab mereka kompak...


Seorang murid datang pada salah satu ustadzah dengan wajah yang sedih,
Aab: "ustadzah, apakah ustadzah benci padaku?" 😢tanya adek kecil ini
Ustadzah: "Kenapa Aab bertanya seperti itu?" kubalas dengan pertanyaan,
Aab: "Kata Faris, di buku ustadzah ada namaku. Dan tulisannya 'ustadzah benci Aab'." jawabnya polos.
https://www.facebook.com/images/emoji.php/v9/f40/1/16/1f62d.png😭 (agaknya Faris salah membaca bukuku, padahal tidak ada tulisan itu. Faris hanya bercanda, tapi Aab keburu baper... https://www.facebook.com/images/emoji.php/v9/f53/1/16/1f605.png😅)
Ustadzah: "Kenapa Aab khawatir kalau ustadzah menulis seperti itu?"
Aab: "aaaa ... Ustadzah, aku kan sayang sama ustadzah, kenapa ustadzah benci padaku?" emosinya mulai meluap, seolah minta keadilan .. Sayang dibalas sayang... Ustadzah...
Ustadzah: "Aab,,, dibuku ustadzah memang ada nama Aab.. Maaf ya.. Apa ustadzah harus memperlihatkan nya pada Aab?"
Aab: "Tidak usah ustadzah,," tolak Aab, agaknya kurang sopan jika ia menjawab 'ya' mukanya makin pesimis, 'agaknya Faris benar,' pikirnya. Wajahnya menunduk.
Ustadzah: "Aab coba hadap ustadzah." Aab menghadap dengan setengah hati, kepala yang hanya seberat setengah kg itu, makin berat untuk diangkat.
Ustadzah hanya menggerakkan mata agar Aab membaca lembaran buku yang sengaja dikibarkan di hadapannya.
Aab: "ustadzah... " ucapnya lirih sambil tersenyum malu.

Tulisan tersebut, langsung kutulis sebelum diri membenarkan bahwa ada namanya dalam lembar RKK ku.

Catatan dari kelas kuttab awal 2
Kuttab Al-Fatih Jember

Abdullah bin Abbas bercerita “setelah wafat Rasulullah, aku berkata kepada seorang Anshar, ‘Nabi telah meninggalkan kita, tetapi sahabat masih banyak yang hidup diantara kita. Mari kita temui mereka untuk bertanya dan menghafalkan kembali urusan agama.” Namun sahabat Anshar tidak bersedia atas ajakan Abdullah bin Abbas.

Ketika Rasulullah  meninggal, usia Ibn Abbas masih 13, namun semangat menuntut ilmu sangat tinggi. Ia mengajak kawan-kawannya untuk menuntut ilmu pada para sahabat nabi (kibarus sahabah). Namun kawan-kawannya tidak mau karena usia mereka masih sangat kecil, kemungkinan pertanyaan-pertanyaan mereka tidak akan dijawab. Maka berangkatlah Ibn Abbas yang masih kecil itu sendiri menemui para sahabat.

Abdullah bin Abbas berkata “dan kebanyakan ilmu yang aku dapatkan adalah dari kaum Anshar, dan aku akan menjumpai beberapa orang sahabat dan menanyakannya. Jika ku dengar mereka sedang tidur di rumahnya maka, aku akan menghamparkan kain untuk duduk sambl menunggu di depan rumahnya, sehingga muka ku penuh dengan debu, dan tubuhku sangat kotor. Setelah ia bangun, aku bertanya kepadanya mengenai masalah yang terjadi dan mengenai maksud kedatanganku.” Namun sebagian besar berkata “Engkau adalah keponakan Rasulullah, mengapa engkau menyusahkan diri untuk datang kemari, mengapa engkau tidak memanggilku ?” Jawabku “Aku sedang menuntut ilmu, jadi akulah yang wajib mendatangimu.”

Lihatlah akhlak mulia dan semangat penuntut ilmu para sahabat. Abdullah bin abbas adalah orang yang didoakan oleh Rasulullah  sebagai ahli tafsir. Beliau adalah keluarga Rasulullah  yang selalu menyertai Rasulullah . Namun hal itu tidak menjadikan dia sombong dengan ilmu dan kedudukannya. semangat menuntut ilmu sangat tinggi. Sehingga pada masa khalifah umar bin khattab ia mendapat kedudukan yang mulia di masjlis ilmu dan musyawarah.

Penafsirannya diabadikan oleh ribuan ulama dan dibaca oleh milyaran muslim. Beberapa buku tafsir ternama banyak yang mengambil tafsir darinya. Dalam Tafsir ath-thabari, ibn katsir dan tafsir lainnya kita akan menemukan banyak tafsir yang merujuk pada ibn abbas.

Semangat dan kemuliaan Ibn Abbas dalam menuntut ilmu tercatat dalam torehan tinta emas, tersimpan dalam qolbu kaum muslimin, dan menjadi acuan ribuan ulama di seluruh dunia.

Renungan
Wahai orang tua bersyukurlah jika kita memiliki anak yang memiliki semangat menuntut ilmu. Bimbing dan dukunglah. Jangan putuskan Cinta mereka dengan ilmu dengan memerahi atau melarangnya, karena itu bisa memutuskan masa depan mereka.

Bagaimana dengan anak-anak yang tidak mempunyai rasa senang dengan ilmu? Maka bersyukurlah wahai orang tua karena Allah memberikan keluasan dan kesempatan kepada anda untuk beramal dengan cara menumbuh kembangkan semangat anak menuntut ilmu. Ambillah kesempatan ini. Nikmati proses mendidik anak-anak anda karena bisa jadi inilah pahala yang bisa mengantarkan mengantarkan kita pada ridho dan surganya.

Jangan mengeluh dengan keadaan anak anda saat ini, karena itulah karunia yang paling Indah. Terimalah dan didiklah karena kita akan dimintai pertanggungjawaban jawaban atas itu. Jangan membandingkan anak anda dengan anak orang lain jika itu malah membuat dia minder. Ceritakanlah masa kecil sahabat, tabi'in dan para ulama ketika mereka semua masih kecil. Karena itu membantu menumbuh kembangkan asa dan semangatnya.

Ya Allah Bimbing kami..
Oleh Ust. A. Rhain Subakrun, Pj Syariah KAF Jember

Makan siang nan sederhana, mendidik generasi yang melayani ummat
Kuttab adalah Lembaga pendidikan untuk umat, tapi tidak melayani semua 'kemauan' umat, karena Kuttab didirikan untuk mengantarkan para santrinya mengenal arti Iman yang benar dan memahami keikhlasan. Mempelajari, menghafalkan, mengamalkan Al-Qur'an juga mendalami Islam secara kaffah. Untuk mencapai hal itu semua dibutuhkan aturan, kedisiplinan, kepercayaan, juga keteladanan.

Setiap Lembaga Pendidikan Islam mempunyai ciri dan sistem berbeda sesuai dengan ijtihad pendirinya. Tapi keseluruhannya menuju satu tujuan 'mardhotillah'.

Perlu kita Syukuri bahwa Kuttab Al Fatih telah berdiri di Jember,  ini semua diawali dari keikhlasan para pendirinya, dilanjutkan keikhlasan pengelolanya, ustadz-ustadznya, semoga juga diikuti dengan keikhlasan santri-santrinya dengan sistem juga pola kedisiplinan, keteladanan yang rinci dan jelas.

Maka Santri-santriku, tetaplah semangat dan terus menjaga keikhlasan dalam belajar supaya ilmu dan amalanmu bermanfaat 'li dien wa dunya wal akhirah..

Langkah pertama memang menguras pikiran dan keringat, tapi nikmatilah penuh optimis dan Ikhlas karena Allah

"Infiru Khifafan Wa Tsiqolan" 

Berangkatlah kamu baik dalam rasa ringan maupun berat.
Ya Allah Bimbing Kami...

Oleh: Haris Suhud, Kepala Kuttab Al-Fatih Jember


TERIMA KASIH AYAH BUNDA

Salah satu hal spesial yang ada di kuttab adalah, orang tua diajak untuk mendampingi anaknya ketika balajar di rumah. Masa usia kuttab adalah masa dimana kita harus membangun kedekatan dengan anak melalui pendidikan dan pembelajaran. Masa dimana mereka menjadikan orang tua sebagai tauladan. Inilah yang dilakukan oleh para rasul dan ulama saleh.

Ketika anak-anak kita ilmunya sudah bertambah, maka elok kiranya kalau kita juga menambah ilmu. Semangat belajar dan beribadah bisa kita tularkan ke anak-anak. Mereka akan giat belajar dan beribadah ketika melihat kita giat beribadah begitu juga sebaliknya. Ceritakanlah indahnya solat subuh di masjid. Kisahkanlah kebaikan dari solat jama'ah di masjid. Bangunkan semangat mereka dengan cerita para rasul, sahabat dan tabi'in.

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُود، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَّى لِي هَذِهِ؟ فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ"
Telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar meninggikan derajat hamba yang saleh di dalam surga, lalu si hamba bertanya, "Ya Tuhanku, dari manakah semuanya ini buatku?” Maka Allah Swt. menjawab, "Berkat permohonan ampun anakmu untukmu.”
Sanad hadis ini sahih, mereka tidak mengetengahkannya dari jalur ini, tetapi mempunyai syahid di dalam kitab Sahih Muslim dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ"
Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amal perbuatannya, kecuali tiga hal, yaitu sedekah yang mengalir (pahalanya), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.

Kita pasti akan mati. Meninggalkan dunia fana ini. Siapakah orang yang bisa menolong kita dari seramnya siksa kubur seorang diri. Di sempitnya kuburan, sendiri kita dengan kehinaan menunggu belas kasihan dan pertolongan. Kita berharap anak-anak kita akan terus mengalirkan doa untuk kita.

Selagi umur masih ada, mari kita didik anak kita penuh kesungguhan. Agar kelak mereka terus mengalirkan pahala dan doa. Mereka adalah salah satu amanat terbesar bagi kita.

Terima kasih telah memberikan keteladanan bagi anak-anak. Terimakasih selama ini telah membersamai anak-anak dalam mengerjakan BBO atau tugas lainnya. Semoga itu menjadi kebaikan bagi ayah buda sekeluarga.

Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal kebaikan yang bisa mengantarkan kita masuk surga bersama.

Oleh: Ust. Ainur Rhain Pj Syariah KAF Jember

04 Agustus 2017


Menanamkan kepedulian terhadap lingkungan serta kemandirian, adalah dengan pembiasaan melakukan pekerjaan keseharian yang ada di rumah.

01 Agustus 2017

BERNIAGA DENGAN ALLAH

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. ash-Shaff: 10-12).

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ

Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-Qur’an), mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Faathir: 30).

Begitu cepat Rasululloh sholallahu ‘alayhi wa salam membangun Peradaban Islam. Umur negara Islam belum sampai 10 tahun tapi sudah berani berhadap-hadapan dengan raksasa Persia dan Romawi. Apakah rahasia di balik itu semua? Ternyata Rasululloh SAW berhasil mendidik orang-orang yang kuat, baik kuat iman maupun kuat maalnya (Harta).

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan para dermawan inilah yang membiayai lahirnya peradaban Islam. Khalifah Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dll, mereka tidak hanya menyedekahkan harganya, tapi mereka juga membiayai lahirnya peradaban Islam. Perdagangan yang mereka lakukan ini adalah perniagaan dengan Allah yang tidak akan pernah rugi. Perniagaan yang membawa keberkahan. Tidakkah kita lihat rekening atas nama khalifah Utsman bin Affan masih ada hingga kini. Masih terus berkembang dan mengalir. 14 Abad, Harta itu masih memberikan manfaat, pahala itu terus mengalir menjumpai Utsman. Hingga detik ini. Subhanallah. 

Ayah Bunda, Apa yang Antum lakukan sebagai tawaf tidak hanya membiayainya pendidikan Al-Fatih. Antum melakukan pekerjaan luar biasa. Antum sekarang sedang berniaga dengan Allah. Antum sedang membiayai bangkitnya peradaban Islam. 

Di saat para pebisnis sibuk menghitung laba dunia. Maka di saat yang sama, para penduduk langit sibuk menghitung laba akhirat Antum. Sehingga keberkahan selalu mengalir. Rizki pun akan terus mendatangi Antum

Selamat Allah telah memuliakan Antum menjadi pewaris Utsman. Menjadi pewaris yang membiayai kebangkitan Islam.

Ustadz Ainur Rhain
Penanggung Jawab Syariah Kuttab Al-Fatih Jember


Allah SWT mengajarkan kita melalui kisah nabi Zakaria alayhi salam bagaimana cara membentuk visi dan misi pendidikan yang Islami. Dalam kisah yang terurai dengan indah di dalam kitab suci Al-Qur'an, nabi Zakaria AS menyampaikan keinginannya mempunyai anak. Kebanyakan orang tua pun demikian, lalu apa istimewanya keinginan sang Nabi? nabi Zakaria menyertakan dalam doanya alasan beliau ingin mempunyai anak, yakni untuk meneruskan dakwahnya menegakkan tauhid. Inilah misi pendidikan Islam, yakni untuk menegakkan agama Islam.

Adapun tujuan dari itu semua sekaligus harapan dari nabi Zakaria adalah agar anaknya menjadi orang yang diridhoi Allah SWT (wajhalhu rabbi rodhiya). Ridho Allah adalah tujuan mulia yang harus menjadi acuan pendidikan. Adalah tujuan yang lebih hebat dan lebih mulia daripada menggapai ridho Allah?

Memuliakan dan memperjuangkan Islam bisa diwujudkan di semua lini kehidupan. Visi mencari ridho Allah dan misi memperjuangkan agama Islam tidak boleh disingkirkan demi hal-hal teknis. Contoh hal-hal teknis bisa seperti kemampuan, keahlian, pengetahuan dll. Apapun target kemampuan, keahlian, kecakapan, pengetahuan yang ditentukan tidak boleh menggeser visi dan misi pendidikan Islami. "Menggapai ridho Allah" tidak boleh ditukar dengan tujuan lainnya. Visi inilah yang menjadi muara dan tujuan semua amal perbuatan dalam kehidupan kita dan anak-anak kita.

Sedangkan terkait dengan keahlian yang mewarnai profesi/pekerjaan di masa mendatang, Kita bisa memuliakan agama Islam dengan berbagai cara yang diajarkan Nabi sesuai dengan kemampuan kita.

Selamat menggapai ridho Allah dalam memperjuangkan agama Islam.
Oleh Ustadz Ainur Rhain, penanggung jawab syariah Kuttab Al-Fatih Jember

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab