Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya
Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat
QS Ibrahim ayat 37
Doa ini dipanjatkan
dalam kedatangan Nabi Ibrahim yang kedua kalinya menjenguk putranya, Nabi Ismail. Itulah mengapa ayah dan anak ini begitu dekat, padahal mereka dipisahkan tempat yang jauh
dan waktu yang lama. Belum ada alat
komunikasi dan transportasi seperti sekarang.
Kedekatannya dibangun
dalam pendidikan robbani. Nabi Ibrahim selalu melantunkan doa untuk anaknya dalam
sholat. Doa inilah yang menjadi salah satu pengingat hubungan antara ayah dan
anak. Nabi Ismail juga
diikutkan dalam membangun Ka’bah.
Ini pelajaran penting bagi para ayah. Ikutkanlah anak-anak
anda dalam segala kebaikan karena itu mendidik mereka untuk selalu berbuat
baik.
Betapa indah kalimat yang diucapkan oleh
sang ayah di posisi diperintahkan Allah meninggalkan anak-istrinya disebuah lembah yang yang tidak ada makanan, air dan
kehidupan. Satu-satunya harapan Ibrahim adalah karena di tempat itu ada
masjid, rumah Allah.
MASJID: RUMAH ALLAH
Masjid adalah pusat kegiatan umat Islam.
mulai dari shalat berjama’ah hingga kegiatan keilmuan lainya. Masjid adalah
lambang sekaligus tolak ukur dari maju mundurnya peradaban umat Islam. Mutu kajian di masjid,
kualitas dan kuantitas sholat jama’ah di masjid menjadi tolok ukur kemajuan
peradaban Islam.
Masjid tidak hanya
berfungsi sebagai tempat beribadah ritual, seperti salat dan
zikir. Tetapi masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian santunan
sosial, bahkan
tempat latihan militer dan
persiapan perang, tempat pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan
menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi/tamu, sebagai pusat
penerangan dan pembelaan agama.
Berawal dari pembinaan yang dilakukan Nabi Muhammad di masjid, lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia. Seperti, Abu Bakar Shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.
Berawal dari pembinaan yang dilakukan Nabi Muhammad di masjid, lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia. Seperti, Abu Bakar Shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.
Ini artinya, selain sebagai tempat salat dan
berzikir, masjid juga berperan sebagai sekolah. Di
masjid, Nabi mendidik para sahabatnya dan mengajarkan ajaran Islam dalam
berbagai aspek kehidupan. Di Masjid, dilatih para da’i untuk kemudian dikirim
ke berbagai daerah mengajarkan Islam kepada penduduknya. Masjid pun menjadi
pusat berkembangnya ilmu-ilmu keislaman. Misalnya, Universitas al-Azhar di Kairo,
Mesir, yang terkenal itu. Pada mulanya merupakan kegiatan belajar di Masjid
al-Azhar yang dibangun pada masa dinasti Fatimiyah.
Masjid Nabawi di Madinah dahulunya berperan sebagai pusat kegiatan sosial. Bahkan di Masjid dibuat sebuah tenda tempat memberi santunan uang dan makanan kepada fakir miskin. Masalah pernikahan, perceraian, perdamaian dan penyelesaian sengketa masyarakat juga diselesaikan di masjid. Orang-orang yang terluka dalam peperangan juga diobati di masjid. Di masjid pula Nabi memberi pengarahan dan instruksi kepada para tentara yang dikirim ke suatu tempat untuk berjihad.
Masjid pun digunakan sebagai tempat bertemunya pemimpin (pemerintah) dengan rakyatnya. Bermusyawarah membicarakan berbagai kepentingan bersama. Itulah sebabnya seorang pemimpin daerah (seperti Gubernur) juga menjabat imam masjid. Di masjid juga Nabi menerima delegasi dari luar negeri dan mengirim utusannya ke luar negeri. Di masjid, para sahabat berlatih berperang dengan disaksikan oleh Nabi Muhammad. Selain itu, masjid juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan ekonomi. Di masjid, dibangun baitul maal, dihimpun sedekah dan wakaf dari orang-orang kaya kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan uluran dana lainnya.
Masjid Nabawi di Madinah dahulunya berperan sebagai pusat kegiatan sosial. Bahkan di Masjid dibuat sebuah tenda tempat memberi santunan uang dan makanan kepada fakir miskin. Masalah pernikahan, perceraian, perdamaian dan penyelesaian sengketa masyarakat juga diselesaikan di masjid. Orang-orang yang terluka dalam peperangan juga diobati di masjid. Di masjid pula Nabi memberi pengarahan dan instruksi kepada para tentara yang dikirim ke suatu tempat untuk berjihad.
Masjid pun digunakan sebagai tempat bertemunya pemimpin (pemerintah) dengan rakyatnya. Bermusyawarah membicarakan berbagai kepentingan bersama. Itulah sebabnya seorang pemimpin daerah (seperti Gubernur) juga menjabat imam masjid. Di masjid juga Nabi menerima delegasi dari luar negeri dan mengirim utusannya ke luar negeri. Di masjid, para sahabat berlatih berperang dengan disaksikan oleh Nabi Muhammad. Selain itu, masjid juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan ekonomi. Di masjid, dibangun baitul maal, dihimpun sedekah dan wakaf dari orang-orang kaya kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan uluran dana lainnya.
Inilah pemikiran dan harapan dari Nabi
Ibrahim yang jauh ke depan. Menembus sekat waktu, melampau zaman dan meloncat jauh ke depan tanpa ada batas. Pemikiran dan harapan semacam ini hanya didasari
oleh iman, karena akal tidak bisa dan tidak sampai.
Jiwa optimis Nabi Ibrahim membuatnya
berharap kepada Allah agar manusia berbondong-bondong mendatangi masjid yang
baru saja dia bangun bersama anak kecilnya, Ismail.
Inilah pelajaran Nabi Ibrahim kepada kita untuk bertauhid: bahwa walaupun hidup di tempat yang terpencil, tandus, tidak ada makanan
dan kehidupan namun pecaya bahwa tempat yang dibarokahi akan jadi pusat peradaban mengundang manusia untuk berbondong-bondong memakmurkannya.
BANGUN OPTIMISME
Seorang ayah, guru atau pendidik
hendaknya mengajarkan sikap optimis dan bercita-cita tinggi kepada anaknya.
Jadikanlah kekurangan, kemiskinan, kelemahan sebagai pelecut menuju kesuksesan.
Karena terkadang sukses itu soal mental.
Kita yang mulai membangun, Allah yang
akan menyempurnakan.
Kita mulai membuka pintu kesuksesan dengan usaha dan doa, maka Allah akan memberikan kesuksesan melalui pintu itu.
Kalau pintu itu tidak pernah dibuka, bagaimana kesuksesan bisa memasukinya? Nabi Ibrahim mendidik kita untuk terus membangun asa dan memegang teguhnya kendati didera kondisi yang sangat sempit sekalipun.
Memang tidak mudah dan tidak ada yang instan. Siapa menyangka di sebuah tempat yang tidak prospektif untuk dakwah baru 3000 tahun kemudian bisa melahirkan pusat peradaban yang mendunia. Doa sang Nabi akhirnya dikabulkan secara sempurna oleh Allah.
Tidakkah kini kita nikmati manis buahnya, seluruh umat islam dari berbagai penjuru dunia menghadapkan wajahnya ke kiblat dan mensujudkan keningnya ke arah Ka’bah. Hingga detik ini milyaran umat Islam dari berbagai penjuru dunia menambatkan hatinya, mencita-citakan hidupnya, memupuk kerinduannya ke Baitullah. Berapa juta manusia tiap tahunya yang mengunjungi Ka’bah. Allah mengabulkan doa hambaNya, sekalipun itu sudah lewat ribuan tahun.
Jangan tularkan keputusasaan dan sikap berpangku tangan kepada anak. Kerjakan apa yang bisa kita kerjakan meskipun itu tidak bisa merubah keadaan sepenuhnya. Setidaknya apa yag kita kerjakan bisa menjadi batu loncatan dan semangat bagi anak kita untuk terus berusaha.
Bermimpilah untuk kejayaan, kendati yang mengenyam kesuksesannya bukanlah diri kita sendiri, melainkan cucu buyut kelak.
Bangunlah impian anak didik anda menjadi pribadi yang sukses, pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya. Pribadi yang menjadi pelopor bagi kemajuan Islam. Andalah umat yang dijanjikan!