29 Agustus 2017

Nabi Ibrahim Membangun Peradaban


Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat
QS Ibrahim ayat 37


Doa ini dipanjatkan dalam kedatangan Nabi Ibrahim yang kedua kalinya menjenguk putranya, Nabi Ismail. Itulah mengapa ayah dan anak ini begitu dekat, padahal mereka dipisahkan tempat yang jauh dan waktu yang lama. Belum ada alat komunikasi dan transportasi seperti sekarang.

Kedekatannya dibangun dalam pendidikan robbani. Nabi Ibrahim selalu melantunkan doa untuk anaknya dalam sholat. Doa inilah yang menjadi salah satu pengingat hubungan antara ayah dan anak. Nabi Ismail juga diikutkan dalam membangun Kabah.

Ini pelajaran penting bagi para ayah. Ikutkanlah anak-anak anda dalam segala kebaikan karena itu mendidik mereka untuk selalu berbuat baik.
Betapa indah kalimat yang diucapkan oleh sang ayah di posisi diperintahkan Allah meninggalkan anak-istrinya disebuah lembah yang yang tidak ada makanan, air dan kehidupan. Satu-satunya harapan Ibrahim adalah karena di tempat itu ada masjid, rumah Allah.

MASJID: RUMAH ALLAH

Masjid adalah pusat kegiatan umat Islam. mulai dari shalat berjama’ah hingga kegiatan keilmuan lainya. Masjid adalah lambang sekaligus tolak ukur dari maju mundurnya peradaban umat Islam. Mutu kajian di masjid, kualitas dan kuantitas sholat jama’ah di masjid menjadi tolok ukur kemajuan peradaban Islam.

Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah ritual, seperti salat dan zikir. Tetapi masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian santunan sosial, bahkan tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi/tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama. 

Berawal dari pembinaan yang dilakukan
Nabi Muhammad di masjid, lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia. Seperti, Abu Bakar Shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.

Ini artinya, selain sebagai tempat salat dan berzikir, masjid juga berperan sebagai sekolah. Di masjid, Nabi mendidik para sahabatnya dan mengajarkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Di Masjid, dilatih para da’i untuk kemudian dikirim ke berbagai daerah mengajarkan Islam kepada penduduknya. Masjid pun menjadi pusat berkembangnya ilmu-ilmu keislaman. Misalnya, Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, yang terkenal itu. Pada mulanya merupakan kegiatan belajar di Masjid al-Azhar yang dibangun pada masa dinasti Fatimiyah.

Masjid Nabawi di Madinah dahulunya berperan sebagai pusat kegiatan sosial. Bahkan di Masjid dibuat sebuah tenda tempat memberi santunan uang dan makanan kepada fakir miskin. Masalah pernikahan, perceraian, perdamaian dan penyelesaian sengketa masyarakat juga diselesaikan di masjid. Orang-orang yang terluka dalam peperangan juga diobati di masjid. Di masjid pula Nabi memberi pengarahan dan instruksi kepada para tentara yang dikirim ke suatu tempat untuk berjihad. 
Masjid pun digunakan sebagai tempat bertemunya pemimpin (pemerintah) dengan rakyatnya. Bermusyawarah membicarakan berbagai kepentingan bersama.
Itulah sebabnya seorang pemimpin daerah (seperti Gubernur) juga menjabat imam masjid. Di masjid juga Nabi menerima delegasi dari luar negeri dan mengirim utusannya ke luar negeri. Di masjid, para sahabat berlatih berperang dengan disaksikan oleh Nabi Muhammad. Selain itu, masjid juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan ekonomi. Di masjid, dibangun baitul maal, dihimpun sedekah dan wakaf dari orang-orang kaya kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan uluran dana lainnya. 

Inilah pemikiran dan harapan dari Nabi Ibrahim yang jauh ke depan. Menembus sekat waktu, melampau zaman dan meloncat jauh ke depan tanpa ada batas. Pemikiran dan harapan semacam ini hanya didasari oleh iman, karena akal tidak bisa dan tidak sampai.

Jiwa optimis Nabi Ibrahim membuatnya berharap kepada Allah agar manusia berbondong-bondong mendatangi masjid yang baru saja dia bangun bersama anak kecilnya, Ismail.

Inilah pelajaran Nabi Ibrahim kepada kita untuk bertauhid: bahwa walaupun hidup di tempat yang terpencil, tandus, tidak ada makanan dan kehidupan namun pecaya bahwa tempat yang dibarokahi akan jadi pusat peradaban mengundang manusia untuk berbondong-bondong memakmurkannya.

BANGUN OPTIMISME

Seorang ayah, guru atau pendidik hendaknya mengajarkan sikap optimis dan bercita-cita tinggi kepada anaknya. Jadikanlah kekurangan, kemiskinan, kelemahan sebagai pelecut menuju kesuksesan. Karena terkadang sukses itu soal mental.


Kita yang mulai membangun, Allah yang akan menyempurnakan. 

Kita mulai membuka pintu kesuksesan dengan usaha dan doa, maka Allah akan memberikan kesuksesan melalui pintu itu.

Kalau pintu itu tidak pernah dibuka, bagaimana kesuksesan bisa memasukinya? Nabi Ibrahim mendidik kita untuk terus membangun asa dan memegang teguhnya kendati didera kondisi yang sangat sempit sekalipun.

Memang tidak mudah dan tidak ada yang instan. Siapa menyangka di sebuah tempat yang tidak prospektif untuk dakwah baru 3000 tahun kemudian bisa melahirkan pusat peradaban yang mendunia. Doa sang Nabi akhirnya dikabulkan secara sempurna oleh Allah.

Tidakkah kini kita nikmati manis buahnya, seluruh umat islam dari berbagai penjuru dunia menghadapkan wajahnya ke kiblat dan mensujudkan keningnya ke arah Kabah. Hingga detik ini milyaran umat Islam dari berbagai penjuru dunia menambatkan hatinya, mencita-citakan hidupnya, memupuk kerinduannya ke Baitullah. Berapa juta manusia tiap tahunya yang mengunjungi Kabah. Allah mengabulkan doa hambaNya, sekalipun itu sudah lewat ribuan tahun.

Jangan tularkan keputusasaan dan sikap berpangku tangan kepada anak. Kerjakan apa yang bisa kita kerjakan meskipun itu tidak bisa merubah keadaan sepenuhnya. Setidaknya apa yag kita kerjakan bisa menjadi batu loncatan dan semangat bagi anak kita untuk terus berusaha.

Bermimpilah untuk kejayaan, kendati yang mengenyam kesuksesannya bukanlah diri kita sendiri, melainkan cucu buyut kelak.

Bangunlah impian anak didik anda menjadi pribadi yang sukses, pribadi yang bermanfaat bagi sesamanya. Pribadi yang menjadi pelopor bagi kemajuan Islam. Andalah umat yang dijanjikan!


#2Kurikulum #ImanDanAlQuran

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab