31 Agustus 2020

Jangan meragukan, masih adakah pahlawan hari ini? Jangan meragukan pula, adakah yang masih pantas mendapatkan gelar pahlawan? Sesungguhnya pahlawan-pahlawan itu nyata dan begitu dekat dengan kita. 



Memang, mereka saat ini tidak berjuang dengan tombaknya, pedangnya, ataupun segala macam senjatanya untuk negeri ini. Namun, mereka telah mengambil peran penting dalam kehidupan kita, bangsa kita, dan agama kita. Dialah ayah dan bunda kita, teladan dan pahlawan kita. 


Tak bisa dipungkiri, kekaguman kita kepada para pahlawan di masa lampau adalah bentuk penghormatan yang tak ternilai harganya. Para pahlawan itu telah berani mengambil beban yang tak terpikul oleh orang-orang se zamannya. Mereka telah berjuang menegakkan kemuliaan karena tak rela bangsanya dan bahkan agamanya dijajah dan direndahkan.


Saat ini, Ayah dan bunda kita lah yang mengambil peran sebagai pahlawan itu. Mereka juga tak tergantikan jasanya bagi kehidupan kita hari ini. Mereka selalu berupaya menjawab beragam tantangan sulit yang kita hadapi. Mereka tampil sebagai sosok yang penuh cinta, penuh kegigihan dan penuh dedikasi bagi kejayaan peradaban.


Meskipun tak se-ideal para pahlawan yang tertulis dengan tinta emas sejarah, figur ayah dan bunda merupakan karunia yang sangat berharga dari Allah dan tak tergantikan. Bahkan sosok mereka hari ini, telah berjasa langsung bagi kehidupan kita.


Di balik segala sesuatu yang kita peroleh, ada andil besar mereka di sana. Ada keikutsertaan mereka yang membukakan jalan kita. Bahkan merekalah yang paling bangga mendorong kita anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan terbaik meski mereka tak pernah bisa mengenyamnya. Mereka senantiasa bersikap tegar, meski bebagai ujian menimpa. Mereka selalu berusaha untuk tetap arif dan bijaksana menghadapi situasi yang rumit, demi kebaikan bagi keluarganya.


Dari mereka, kita belajar makna perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan kesabaran secara langsung dan mendalam di setiap tangga kehidupan. Dari mereka juga kemudian kita mampu menghayati dan mengenal kisah-kisah hebat para pahlawan  yang tercatat dalam sejarah kehidupan manusia di luar sana.


Berbahagialah anda para ayah dan bunda, karena anda lah yang selalu terpilih menjadi pahlawan bagi setiap dinamika zaman. Berbahagialah anda, wahai para ayah dan bunda yang telah merasakan lelah dan penatnya membersamai para pewaris kejayaan peradaban. Semoga lelah anda menjadi hujjah kepada Rabb kita, dan menjadi asbab kelak kita berkumpul bersama buah hati kita dan bersama anak didik kita di surgaNya. Wallahu 'alam.


رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ


Budi Eko Prasetiya, yang belajar menjadi ayah yang lebih baik

Seusai dilantik, perwira TNI anak petani ini sujud di kaki ibunya

30 Agustus 2020

Dulu, alhamdulillah Allah kasih kelapangan rizki, keluarga saya punya rumah yang cukup luas di Jakarta. Selain saudara-saudara yang diajak tinggal bareng di sana, sebagian kamar lainnya disewakan alias jadi kos-kosan.


Banyak cerita selama rumah kami jadi kos-kosan. 

Mulai dari masalah klasik ; ada yang nunggak beberapa bulan, sekalinya bayar ngicrit-ngicrit. 

Ada juga yang lancar bayarnya, tapi pemakaian air & listriknya lebih besar dari harga sewa kosnya. 

Sampai masalah seringnya makanan di dapur & kulkas ada yang ngambil, dan hilangnya mesti saat tengah malam.

 

Lagi diminta mbikin video Bazaf

Melihat "fenomena" ini ibu saya hanya diam saja, dan tidak berusaha untuk ngadu ke bapak saya. Bahkan meski tau kelakuan anak-anak kosnya, beliau kadang masih ngajak mereka makan bareng kalau kebetulan lagi banyak makanan.

(Semoga Allah memberkahi ibu saya di masa tua-nya sekarang hingga husnul khatimah kelak.)


Dua dekade berlalu, saudara & anak-anak kos ini sekarang sudah jadi "orang". Setidaknya hidup mereka sudah mapan, bahkan lebih mapan dari ibu saya. Entah dari mana mereka dapat nomer hp ibu saya, yang jelas satu persatu mereka hadir kembali menyapa ibu saya, meski lokasi mereka nun jauh disana. 


Setiap mereka telepon untuk berterima kasih, ibu saya malah sungkan. Beliau  merasa apa yang dilakukannya dulu biasa saja & tidak punya andil apa-apa dengan kesuksesan mereka sekarang.

Yang beliau kasih cuma kelonggaran bayar kos & membiarkan mereka "nyolong" makanan di saat mereka lapar, nggak ada uang dan sungkan untuk meminta.

Buat ibu saya nilainya mungkin nggak seberapa, tapi buat mereka itu sangat membantu mereka untuk bisa bertahan hidup hingga akhirnya lulus kuliah. Mereka merasa itu bagian dari kesuksesan yang mereka raih sekarang.

Namun Ibu saya tetap rendah hati. Seolah-olah beliau pingin bilang, "ya sudah lah, cukup Allah saja yang tau antara aku, kau dan isi kulkas yang kau ambil dulu".


Saya yakin banyak diantara kita mengalami hal yang sama dengan ibu saya ; memberikan sesuatu atau melakukan sesuatu yang kita anggap sepele untuk orang lain, namun ada efek baik untuk orang tersebut di masa depannya.


Dan saya pun teringat Bazaf.


Siapapun yang membeli sesuatu di Bazaf, (beli bumbu halawa misalnya) sebagian labanya diinfaqkan ke Kuttab. 

Meski mungkin dari laba tersebut setelah diakumulasi dengan laba lainnya nilainya hanya sedikit dan hanya cukup untuk beli sapu atau keset, bukankah sudah punya andil dalam memberikan kenyamanan belajar anak-anak kita di Kuttab? 

Bukankah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassalam memerintahkan kita untuk tidak meremehkan kebaikan sekecil apapun itu?


Bukan tidak mungkin kelak diantara anak kita di KAF Jember ada yang jadi Ulama pengisi Majlis di Masjid Nabawi sebagaimana ust. Firanda & Ust. Abdullah Roy. 

Saat itu kita mungkin lupa dengan sumbangsih kecil kita untuk mereka berupa belanja di Bazaf yang labanya diinfaqkan untuk sekolah mereka. 

Tapi kalaupun kita ingat, mungkin kita hanya berkata dalam hati, "barakallah fiik nak, cukup Allah saja yang tau antara aku, kau dan bumbu halawa yang pernah aku beli di bazaf dulu".


Bukan hanya Bazaf sebenarnya, ada pula PT. Ayo Kurban. 

Siapapun yang beli hewan untuk kurban/aqiqah disini, sebagian keuntungannya juga diinfaqkan ke Kuttab. 

Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti di rumah sakit kita bertemu dokter yang terlihat sedang me-murojaah hafalan qur'annya, dan ternyata dia salah satu dari anak kita alumni KAF Jember.

Saat itu mungkin kita lupa dengan sumbangsih kecil kita untuk mereka berupa pembelian hewan qurban yang labanya diinfaqkan untuk sekolah mereka. 

Kalaupun kita ingat, mungkin kita hanya berkata dalam hati, "barakallah fiik nak, cukup Allah saja yang tau antara aku, kau dan domba klasik E bobot 30 kg yang pernah aku beli dulu".


Serupa dengan kedua bidang usaha sebelumnya, begitupun dengan Kedai Sholeh Juara. Siapapun yang makan disini, (menu "lele terbang ke bulan" misalnya) sebagian keuntungannya juga diinfaqkan ke Kuttab. 

Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti kita bertemu Project Manager pembangunan sebuah gedung pencakar langit, yang sedang mengawasi anak buahnya sambil berdzikir dengan ruas jarinya, dan ternyata dia salah satu dari anak kita alumni KAF Jember.

Saat itu kita mungkin lupa sumbangsih kecil untuk mereka berupa makan di kedai yang labanya diinfaqkan untuk sekolah mereka. 

Kalaupun kita ingat, mungkin kita hanya berkata dalam hati, "barakallah fiik nak, cukup Allah saja yang tau antara aku, kau dan lele..."


Sek sek, sebentar... Kenapa namanya "lele terbang ke bulan" ya? 

Ada yang sudah pernah tanya ke chef-nya?

 

Barakallah fiikum semuanya.


Buyung Eko.

Wali santri yang ikut mendoakan seluruh santri KAF Jember.

Kalau ada pertanyaan, "apakah anda cinta dunia?" 

Mungkin sebagian orang ada yang jawab iya, ada yang tidak.

Tapi kalau pertanyaannya, "apakah anda cinta discount, obral & harga murah?" 

Saya yakin jumhur manusia akan menjawab iya. 🤭

 

Penulis menjadi MC pada Kajian Ayah. Paling kanan.

Yah begitulah, harga murah itu memang sesuatu yang mempesona. 

Yang tadinya nggak niat beli, bisa berubah pikiran jadi beli. 

Bahkan harga murah bisa bikin kita bela-belain menempuh jarak sekian kilometer untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tersedia di warung depan mata kita.


Jujur, saya pun begitu. 

Setiap ingin membeli sesuatu, saya rela berlelah-lelah ria untuk berpindah dari satu outlet ke outlet lainnya sekedar untuk membandingkan harga. 

Kalau sudah begitu biasanya otak saya berjalan dengan cepat seperti angka-angka di stop watch lomba balap lari. 

Barulah setelah itu saya putuskan membeli yang mana.


Sampai suatu hari...


Beberapa tahun lalu saat istri lagi belajar jualan online, masih belum banyak supplier yang dia kenal. Akhirnya dia jual barang yang ada dulu. 

Tapi ya gitu, saat dia posting produknya di grup WA, barang jualannya ini kadang kalah bagus atau kalah harga dibanding reseller lainnya. 

Lantas apakah Ada yang beli? Ternyata ada ; Temen akrabnya sendiri.

Saat kami antar barang tersebut ke rumahnya, saya lihat istri dan temennya ini malah bercanda ria kaya lagi reunian.


Pernah juga kami belajar bikin sebuah makanan. Meski masih nggak PD dengan rasanya, kami tetap nekat posting makanan tersebut di status WA. 

Apakah ada yang japri? Alhamdulillah Ada ; temennya istri yang lainnya lagi. 

Dia pesan untuk konsumsi acara di sekolahnya. Padahal kami tau, ada temen lain yang sudah dikenal jualan makanan yang sama dengan kami, dan bisa ngasih harga lebih murah karena usahanya sudah jalan.

Setelah acaranya selesai, kami menemui temen yang pesan tersebut untuk nagih pembayarannya, lagi-lagi saya lihat istri dan temennya ini malah asyik ngobrol kangen-kangenan.


Saya pun penasaran, Kenapa temen-temennya istri ini mau beli jualan kami ya? 

Bukankah mereka juga ibu-ibu yang harusnya penuh perhitungan demi stabilitas keuangan rumah tangganya? 

Bukankah mereka harusnya lebih memilih makanan yang rasanya sudah pasti & lebih murah demi reputasi di tempat kerjanya? 


Setelah saya perhatikan cara mereka saat menyambut istri saya...

mungkin dengan cara ini mereka masih bisa menjalin pertemanan dengan istri saya yang sudah berjalan tahunan. 

Mungkin dengan cara ini mereka masih bisa bertemu langsung di dunia nyata dengan istri saya di sela-sela kesibukan & rutinitas mereka di rumah masing-masing.


Ya...ada hal lain yang lebih mereka utamakan dibanding mengejar harga murah. 

Pertemanan memang tidak bisa dikasih label harga...apalagi di discount.


Kebiasaan saya untuk mencari harga murah masih belum hilang. Cuma sekarang saya sudah sedikit paham, kapan waktunya nyari harga murah & kapan waktunya nyari maslahat.


Untuk kebutuhan sehari-hari, kami cukup beli di warung depan rumah saja, yang bila dilihat isi etalasenya seperti warung yang "hidup segan mati tak mau". 


Setelah dari pagi sampai malam saya sudah disibukkan dengan jualan dan ngurus anak, mungkin dengan cara ini saya masih bisa menyapa dan ngobrol dengan tetangga ini, orang terdekat yang ikut menjaga keluarga saya saat saya sedang tidak di rumah.


Untuk barang kebutuhan lain yang ndak ada di warung tersebut, kami beli di Bazaf. Bagaimana dengan harganya? Sama saja, kadang beberapa barang sedikit lebih mahal dibanding tempat lainnya. 


Tapi...mungkin dengan cara ini saya bisa punya ikatan bathin dengan wali santri lain, yang mana anak-anak mereka sehari-harinya ngumpul sama anak saya di sekolah ini.


Mungkin dengan cara ini, saya bisa belanja sambil berinfaq. Ikut berkontribusi untuk kuttab meski nilainya hanya seujung kuku.


Dan...mungkin dengan cara ini, salah satu bentuk terima kasih saya buat lembaga yang dengan ikhlas sudah susah payah mendidik anak saya... 

yang terbukti saat "belajar di rumah" selama pandemi, meski sudah berusaha susah payah juga, ternyata kami tidak sanggup, bahkan hanya sekedar untuk menjaga adab dan hafalan anak saya, yang sudah didapatnya susah payah dari Kuttab.


Semoga Allah menjaga hati dan keikhlasan kita semua.


Buyung Eko.

Wali santri & konsumen Bazaf.

Sejak Kepala KAF Jember meneruskan arahan dari pusat untuk menghentikan sementara KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di sekolah dan memulai program "belajar dari rumah" sekitar maret lalu, istri saya (Admin Bazaf) latah ikut membuat program "belanja dari rumah". 

Tujuannya agar KBM (Kegiatan Berjualan Macam-macam) milik Bazaf bisa tetap eksis. 🤭

 

Difotoin pak Ustadz

Untuk mewujudkan programnya, akhirnya beliau (si Admin Bazaf) ini menempuh dua langkah:

1. Memberlakukan sistem pesan antar (delivery), dan memboyong seluruh barang dagangan dari gedung Kuttab ke tempat tinggal kami di Tegal Besar untuk memudahkan pengiriman.

2. Secara sepihak mengangkat saya sebagai pengantar barang (kurir).


Mendapat tugas baru sebagai partner kerja di Bazaf (selain partner kerja di rumah), saya sih enjoy aja. Toh tugas mengantar barang ini bisa searah jalan dengan profesi saya yang juga berjualan keliling. 

Tapi selama menjalankan tugas ini, ada satu hal yang membuat saya merasa agak-agak gimanaaa gitu.


Setiap akhir bulan, istri saya merekap & menghitung ; "piro sih total batine dodolan bazaf iki"... atau dalam bahasa admin ; tutup buku.

Setelah laba berhasil dihitung, ada sebagian yang diwakafkan (ta'awun) untuk Kuttab. Lantas uang ta'awun itu dimasukkan ke dalam amplop dan saya yang disuruh ngantar ke Ust. Ina (Admin Kuttab).


Nah...saat mengantar amplop ini yang bikin saya mbathin ;

"Masya Allah keluarga besar Kuttab ini ya, bahkan untuk urusan jual beli kebutuhan sehari-hari pun mereka masih mengejar pahala jariyah". 


Yaa...dengan laba yang diwakafkan ke Kuttab, mereka berusaha mendapatkan pahala yang bisa terus mengalir meski kita sudah di alam kubur. 

Dan...saya bersyukur bisa ikut ambil bagian di situ.


Setiap saya mengantar barang pesanan pembeli, saya merasa seperti sedang menjemput amal sholeh orang-orang tersebut. 

Dan saat mereka membayar, seolah-olah saya sedang menyerahkan pahala jariyah tersebut kepada pemiliknya.


Sampai saat ini, secara nominal, memang masih belum banyak jumlah uang yang berhasil Bazaf ta'awunkan untuk Kuttab setiap bulannya. Namun tak patah asa dan tak putus doa, semoga Bazaf terus tumbuh, berkembang dan berbuah, hingga bisa terus berkontribusi untuk Kuttab.


Dan untuk saya pribadi, berharap kelak ketika Allah Ta'ala menimbang seluruh pahala keluarga besar Kuttab tersebut di Mizan, saya bisa berkata...

"Ya Allah, itu dulu saya yang ngantar."


Semoga Allah memberkahi kita semua.


Buyung Eko

"Pengantar pahala" Bazaf Jember.

21 Agustus 2020

Tantangan dan ancaman kaum kafir Quraisy terus merintangi dakwah selama di Mekkah. Allah memerintahkan Rasulullah untuk berhijrah ke Madinah.


Di tengah gemuruh hati meninggalkan bumi Allah yang paling dicintai-Nya, Rasulullah melantunkan do’a: “ Segala puji bagi Allah yang telah menciptakanku dan sebelumnya aku bukanlah apa-apa. Ya Allah kuatkanlah aku menghadapi teror dunia, rintangan-rintangan tahun, dan musibah siang dan malam. Ya Allah temanilah aku dalam perjalananku, berilah pengganti untuk keluargaku yang aku tinggalkan, berkahilah apa yang Engkau berikan kepadaku, tundukkanlah aku kepada-Mu, luruskanlah akhlakku, buatlah aku mencintai-Mu dan janganlah Engkau buat aku tergantung kepada manusia.”(Sirah Nabawiyah)


Kemudian Rasulullah dan Abu Bakar Ash Shiddiq berjalan dengan perlindungan Allah meninggalkan gangguan orang-orang musyrik. Meski Rasulullah telah menempuh sebab-sebab keselamatan/ikhtiar, tapi beliau tidak pernah bersandar pada itu semua.  Beliau yakin sepenuhnya kepada Allah, bahwa Allah pasti akan menolong hamba yang berjuang di jalan-Nya. Beliau senantiasa berdo’a dengan do’a yang diajarkan oleh-Nya, “Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan pula aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolongku.” (QS. Al Isra’:80) 


Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada Rasulullah agar beliau berdo’a dengannya dan agar umatnya belajar bagaimana berdo’a kepada Allah dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, termasuk dalam perjuangan hijrah di jalan Allah. Tidak perlu merasa takut ataupun khawatir ketika kita memilih berhijrah dalam ketaatan kepada Allah. Sebagaimana Rasulullah menenangkan Abu Bakar ketika beliau merasa khawatir saat berada di dalam gua. Diriwayatkan dari Abu Bakar, beliau berkata kepada Nabi, “Sekiranya salah seorang dari mereka (kaum musyrik & kafir Quraisy) melihat di bawah kaki mereka, pasti mereka melihat kita.” Lalu Rasulullah bersabda, ” Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu jika kita berdua dan yang ketiganya adalah Allah?” dalam riwayat lain, “Tenanglah Wahai Abu Bakar, jika kita berdua, maka yang ketiganya adalah Allah.” (HR. Bukhori)


Dan benarlah, Allah menolong Rasulullah dan Abu Bakar yang berada di dalam gua melalui tentara-Nya, laba-laba yang membuat sarang di mulut gua. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad. “Bahwasanya orang-orang musyrik berjalan menelusuri jejak sehingga ketika mereka sampai di gunung Tsur, terjadi perselisihan di antara mereka, kemudian mereka menaiki gunung dan melewati gua. Orang-orang musyrik melihat di atas pintu gua terdapat jaring laba-laba kemudian berkata, ‘Jika ada seseorang yang masuk ke dalam gua ini pasti tidak akan ada jaring laba-laba di atas pintunya.’


Demikianlah perjuangan hijrah Rasulullah dari Mekkah menuju tempat yang mendukung bagi ketaatan di jalan Allah, Madinah al Munawwaroh. Tempat yang menjadi titik awal terbitnya fajar kejayaan Islam. 


Meski besar pengorbanannya, meski berat perjuanganya, meski godaan nikmat dunia harus digadaikannya, tapi keyakinan akan janji Allah dan bisyarah Rasulullah menjadi energi yang menggerakkan langkah hijrah menuju ridho-Nya.


“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar kalau mereka mengetahui.” (QS.An Nahl: 41)


Semangat muharram seharusnya menginspirasi kita untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan di hadapan Allah. Hijrah untuk berubah menjadi lebih baik lagi, lebih taat lagi, agar kita menjadi orang-orang yang beruntung, selamat dunia dan akhirat, “ Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, siapa yang hari ini keadaannya sama dengan hari kemarin maka dia merugi, dan siapa yang keadaannya hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka.“

 

Semangat Muharram. Semangat perjuangan Rasulullah dan para sahabat menjadi inspirasi hijrah yang tak kan pernah padam. Keteladanan untuk terus-menerus meningkatkan ketaatan. Meninggalkan kecintaan duniawi kepada apa-apa yang Allah cintai. Harta, keluarga, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Semua dikorbankan untuk membuktikan besarnya cinta kepada Allah semata. Termasuk perjuangan meninggalkan riba, memilih keluar dari pekerjaan yang tidak diridhoi-Nya, meninggalkan kemaksiatan dan segala apa yang Allah larang merupakan wujud berhijrah di jalan Allah. 


Kisah Rasulullah dan Abu Bakar menjadi penguat keyakinan kita, agar kita tidak merasa takut, khawatir, ragu ataupun sedih atas apa yang kita tinggalkan. Yakin akan pertolongan Allah untuk hamba yang berhijrah di jalan-Nya.


“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  QS. An Nisaa’:100



Wahai generasi yang bermodal keyakinan, berharap kebesaran, mari perbanyak bekal untuk senantiasa berhijrah di jalan Allah. Semangat muhasabah dan terus berbenah. Luruskan niat setiap perjuangan agar bernilai lillah. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat dalam berdakwah.. Berjuang berhijrah. Hingga Islam bercahaya ke seluruh penjuru dunia begitu indah.


“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nur ayat 55)


Ketika Islam bercahaya, semua akan menikmati indah naungan syariat-Nya. Ketenangan hidup dengan nafas Islam, kejernihan berfikir sebening mata air, rahmat dalam segala aspek kehidupan, bahagia dalam keridhoan-Nya dan surga menjadi akhir kenikmatan kekal selamanya.


"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda, dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS at-Taubah [9]: 20-22).


Hempaskan setiap lelah, jadikan janji Allah sebagai penguat di saat iman turun melemah. Yakinlah bisyarah Rasulullah tak pernah salah. Kita hanya perlu bersabar atas perjuangan yang sejatinya hanya sebentar. “Barangsiapa bersabar dengan kesusahan yang sebentar, maka ia akan merasakan kenikmatan yang panjang” (Thoriq bin Ziyad)


Ya Allah bimbinglah kami..

Oleh: Weta Nur Rohmah

Abul Jasad adalah ayah secara jasad, fisik dan biologis. Karena dari perantara ayah dan bunda anak lahir ke dunia. Perhatian dan perawatan terhadap anaknya hanyalah terkait dengan fisik dan kesenangan dunia yang fana (sementara dan rusak).

Sekolah tradisional oleh Numa Marzochi de Belluci, kemungkinan merupakan Kuttab


Sifat dunia yang tidak kekal ini atau fana sebenarnya bisa dirasakan saat masih hidup, tidak usah menunggu meninggal dunia. Orang senang makan nasi padang kalau hanya sesekali, tapi kalau tiap hari? Orang senang tidur, kalau tidak terus-menerus. Begitupun orang membayangkan akan selalu senang jika cita-citanya tercapai. Namun, berbeda saat menjadi kenyataan. Orang berfikir akan selalu senang saat mendapat harta, kedudukan, jabatan, kendaraan dst. Kenyataannya tidak selalu demikian saat semua sudah didapat. Apalagi ditambah niat yang keliru. 


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sudah memperingatkan dalam haditsnya dari Zaid bin Tsabit :


مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ


“Barangsiapa yang menjadikan dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan dunia melebihi dari apa yang Allah tuliskan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan atau selalu merasa cukup dalam hatinya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“


Dalam hadits tersebut, orang yang menjadikan dunia menjadi tujuan utama dan niatnya di dalam berbuat sesuatu maka Allah memberi hukuman dengan mencerai-beraikan urusannya, urusannya tidak ditolong Allah hingga lupa ibadah, mendapat apapun tidak pernah cukup dan ia hanya mendapatkan tidak melebihi dari yang ditetapkan oleh Allah. 


Ayah abul jasad menanamkan hal-hal tersebut kepada anak-anaknya. Menanamkan cita-cita yang kerdil dalam menuntut ilmu supaya dapat pekerjaaan, hidup enak, mudah punya jabatan dst. Anaknya juga dimanja dengan seabrek fasilitas, yang menurutnya membuat anak senang atau bahkan menaikkan level strata sosial. Padahal itu adalah kesenangan sementara yang cepat bosan dan justru menyusahkan orang tua. 


Mengapa seorang ayah menjadi abul jasad?.  Karena standar berfikirnya adalah manfaat. Baik dan buruk baginya patokannya adalah manfaat secara materi. Padahal, seharusnya umat Islam standar baik dan buruknya adalah ridha Allah.  Karena Allahlah yang tau sedangkan manusia tidak mengetahui. Sebagaiman firmannya :


(كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهࣱ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰۤ أَن تَكۡرَهُوا۟ شَیۡـࣰٔا وَهُوَ خَیۡرࣱ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰۤ أَن تُحِبُّوا۟ شَیۡـࣰٔا وَهُوَ شَرࣱّ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ)

[سورة البقرة 216]


Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.


Jadi, ukuran baik dan buruk bukan asas manfaat, tren, dibenci atau disukai manusia dsb. Allah sudah menegaskan bahwa dirinya yang mengetahui, sedangkan manusia tidak mengetahui. 


Darimana ayah medapatkan standar seperti itu? 

Ada banyak yang mempengaruhi ayah dalam hal standar baik dan buruk. Pertama, televisi. Televisi menayangkan sinetron sinetron glamor yang tidak mendidik. Ghibah ghibah artis yang sama sekali tidak penting bagi keluarga muslim. Kecuali hanya menjadi penambah dosa dan pastinya mempengaruhi ukuran baik dan buruk. Apalagi isi pertelevisian di negeri ini kebanyakan terkait percintaan, pamer kekayaan, pacaran, pernikahan, perceraian dan begitu seterusnya. 


Kedua adalah gadget. Telepon genggam android yang hampir semua orang punya saat ini sangat berpengaruh terhadap pola pikir termasuk standar baik dan buruk bagi ayah. Di dalam hp terhimpun banyak hal, mulai kitab-kitab, surat kabar online hingga status teman. Berita atau status teman yang dibaca tidaklah ada yang netral. Semua membawa sudut pandang, bukan fakta semata. Balasan di akhirat juga hanya ada dua, yakni surga dan neraka. 


Ketiga adalah teman. Teman ayah sangat berpengaruh terhadap cara pandang ayah terhadap sesuatu. Karena antar teman itu saling mempengaruhi. Bahkan di dalam hadits bisa mempengaruhi agamanya. Untuk mengetahui seperti apa ayah, bisa dilihat temannya. Berteman dengan penjual parfum, dapat harumnya. Berteman dengan pande besi, minimal dapat bau asapnya yang tidak sedap. 


Disamping ayah abul jasad, ada juga ayah abuddin. Ayah abuddin adalah ayah dari sisi agama atau bisa disebut juga aburruh (ayah dari sisi ruh). Abuddin sebenarnya gelar untuk guru dalam Islam. Karena gurulah yang mengantarkan santri sampai kepada Allah. Jika Abul jasad hanya memikirkan kebutuhan fisik, sandang, papan dan pangan, maka  abuddin adalah ayah yang memikirkan kebutuhan ruh anak. 


Ayah abuddin tidak hanya mencari nafkah untuk anak. Tapi juga memberi makanan ruh dengan ilmu, iman dan akhlak akhlak mulia. Dia menanamkan standar baik, buruk dan kebahagiaan adalah ridha Allah. Tujuan di atas segala tujuan adalah ridha Allah (غاية الغاية مرضات الله). 


Jika ayah abul jasad begitu perhatiannya memastikan kecukupan anaknya makan tiap hari bahkan hingga 3 kali sehari. Maka ayah abuddin akan mengusahakan kecukupan isi untuk ruh anak. Anak yang tidak makan akan lemas, tapi anak yang tidak diisi ilmu agama bukan hanya berbahaya dalam hal dunia bahkan justru akhiratnya. 


Imam al-Ghazali, mengutip pernyataan Imam Fath dalam kitab Ihya'nya :


 قال فتح الموصلي رحمه الله : أليس المريض إذا منع الطعام والشراب والدواء يموت؟ قالوا بلى. قال كذلك القلب إذا منع عنه الحكمة والعلم ثلاثة أيام يموت 


“Imam Fath al-Mushuli rahimahullah berkata, Bukankah akan mati jika ada orang sakit yang tidak mendapatkan makan, minum, dan obat ?  Mereka pun menjawab, Iya benar, akan mati. Begitu juga hati, ketika tidak mendapatkan hikmah dan ilmu selama tiga hari, maka hati akan mati. 


Bagaimana jika ayah tidak bisa mengajari? 

Ajarilah walaupun hanya sekedar mengajarkan huruf hijaiyah, syahadat, rukun islam, rukun iman atau kalimat kalimat thayyibah. Ayah tentu harus mengupgrade ilmu agama sebagai tebusan dulu tidak mempersiapkan secara baik dalam hal ilmu agama. Padahal, menikah bukan hanya tanggungjawab masalah belanja tapi, menjaga keluarga dari api neraka. Semua itu didapat dengan faham ilmu agama. Itulah orang orang yang Allah kehendaki kebaikan baginya. 


Apabila ayah mampu menggabungkan tanggungjawab sebagai abul jasad dan aburruh maka sempurnalah tanggungjawab pada keluarga. Anak akan ingat pesan pesan ayah untuk mendekatkan diri pada Allah. Sebagaimana ulama terdahulu ingat pada guru-guru nya bahkan mendoakan gurunya baik di luar shalat atau dalam shalat sebagaimana yang Imam Ahmad dan Imam Yahya mendoakan gurunya Imam syafi'i. 


Namun, berbeda jika mejadi ayah abul jasad, saat ayah meninggal bukan sibuk mendoakan, malah bertengkar gara-gara fitnah warisan harta.


Oleh : Herman Anas 

Dipandu Ustadz Dr. Ainur Rhaien, M.Th. I

Setiap hari Jum'at pagi jam 07.30

Di Kedai Sholeh Juara
 

20 Agustus 2020

 

Ananda Faros, santri KAF Jember

Ustadz Dr. M Ainur Rhaien, M.Th.I 

Suasana santai para Ayah yang duduk di atas kolam "Sulaiman"

 


Bersama pemateri Ustadz Kholid Syaifullah, Lc, MA

Berlokasi di Kedai Sholeh Juara, sebuah Badan Usaha Milik Tawaf

Beliau seorang hamba sahaya. Berkulit gelap, tapi keimanannya  memancarkan cahaya.

hasdukmerahputih.blogspot.com


Beliau seorang hamba sahaya.

Raga tertindas siksa, tapi jiwanya bebas merdeka.

 

Ya, sejatinya, beliau telah merdeka di hadapan Rabb-Nya. Sebelum merdeka dalam pandangan dunia.


Istiqomah mempertahankan aqidah Islam di tengah siksaan yang mendera bertaruh nyawa.


Lantang penuh keberanian berkata, "Ahadun Ahad, Ahadun Ahad, Ahadun Ahad"

Memperjuangkan aqidahnya.


MasyaaAllah..

Betapa beliau begitu MERDEKA.


Tak ada ketakutan di dalam jiwa, selain kepada Rabb-Nya.


Tak ada belenggu mencengkeram keyakinannya. 


Harapannya pada janji Allah begitu kuat menghujam seluruh raganya.


Demikianlah kita belajar arti merdeka  pada sosok hamba sahaya.


Ruh beliau telah merdeka, sebelum raga dimerdekakan.


Hingga akhirnya,

Pertolongan Allah melalui salah seorang sahabat Rasulullah, Abu Bakar Ash Shiddiq membebaskannya.


Tak hanya itu, beliau mendapatkan  balasan yang sangat istimewa, kabar gembira,  bunyi terompah telah terdengar di dalam surga.. meski saat itu raganya masih hidup di dunia.


“Suatu pagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wahai Bilal, dengan amal apa kamu mendahului diriku di surga? Sungguh semalam aku memasuki surga. Aku mendengar derap bersuaramu (suara sandal/terompah Bilal) di depanku.” Bilal menjawab, “Wahai Rasulullah, tidaklah aku melakukan suatu dosa sama sekali melainkan (setelahnya) aku sholat dua rakaat. Dan tidaklah diriku berhadats (batal wudhu), melainkan aku langsung wudhu lagi dan sholat dua rakaat.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab “Dengan amalan inilah (engkau begitu cepat masuk surga).” (HR. al-Hakim)


MasyaaAllah. . indahnya ruh yang merdeka di sisi Rabb-Nya..


Kita pun juga diingatkan tentang arti merdeka dari kisah Musa, 

💧💧💧💧💧💧

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain." QS. Al Maidah : 20


Merdeka .. suatu nikmat mulia yang Allah anugerahkan kepada manusia.


Tak ada sesuatu yang lebih bernilai ketimbang merdekanya seorang hamba dalam menyembah kepada Rabbnya.


Karena hakikatnya, Merdeka adalah penghambaan diri, sepenuhnya kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


💧Maka, manusia tidak boleh tunduk kepada siapa pun selain-Nya. 


Demikianlah pada dasarnya tujuan Allah menciptakan kita, semata-mata untuk menyembah-Nya. Beribadah kepada-Nya.


 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat:56)


💧Penghambaan manusia kepada sesama manusia, atau kepada makhluk lainnya menunjukkan kelemahan bahkan kesalahan dalam aqidah/keimanan diri kita.

💧Sehingga, hanya orang yang bertauhid, yang menegakkan kalimat Laa ila ha ilallah dalam segala aspek kehidupan, yang dapat disebut sebagai orang yang bebas dan merdeka.


 💧Mampu membebaskan diri dari berbagai belenggu yang akan menjauhkan dirinya dari kebenaran dan dari ketaatannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


💧 Merdeka dari belenggu cinta dunia, merdeka dari jerat rayu hawa nafsu, merdeka dari harapan kepada manusia dan memerdekakan diri semata hanya  menuju ridho-Nya.


Sudahkah kita benar-benar telah merdeka?



Ya Allah bimbinglah kami..


#inspirasiiman #qonuni1&2Akhwat

15 Agustus 2020

 Anak adalah buah hati (tsamaratul qalb). Anak shaleh adalah penyejuk mata (qurratu a'yun) bagi orang tua. Berbagai upaya dilakukan agar anak menjadi anak shaleh. Tarbiah dilakukan baik di rumah dan di sekolah. 


Anak kecil masih bersih, fitrah dan punya kecenderungan tauhid, sehingga kalau meninggal masih kecil mereka masuk surga meskipun anak orang kafir. Segala perbuatan, perkataan dan diamnya adalah meriwayatkan. Maka, orang tua bisa melakukan verifikasi terhadap semua perkataan dan tingkah laku anak. 

Orang-orang terdekat adalah orang yang paling banyak mempengaruhi anak. Mulai lingkungan keluarga, ayah bunda, kakek nenek, lingkungan sekolah dan tetangga rumah. Merekalah sumber informasi ilmu anak. 

Benarlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ }

Telah menceritakan kepada kami ['Abdan] Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah] Telah mengabarkan kepada kami [Yunus] dari [Az Zuhri] dia berkata; Telah mengabarkan kepadaku [Abu Salamah bin Abdurrahman] bahwa [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat? ' kemudian beliau membaca firman Allah yang berbunyi: '…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' (QS. Ar Ruum (30): 30). (HR. Bukhari)

Hadits ini mudah difahami. Karena memang anak lebih banyak waktu dengan orang tua dibandingkan dengan di sekolah, lingkungan bermain, sepanjang malam mereka bersama orang tua. Pada hadits di atas, bukan hanya aktifitas keseharian, perkataan dan perbuatan, bahkan agama sekalipun orang tua mampu merubah dan menggantinya. 

Anak melakukan aktifitas yang kompleks di rumah.  Penuh pengulangan mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Di lakukan hari demi hari. Bulan demi bulan hingga berganti tahun. 

Bersama orang tua mereka melakukan aktifitas ruh, fisik, keterampilan, shalat ashar, maghrib, isya dan subuh. Jeda diantara sebelum dan sesudah shalat. Anak praktek majelis ilmu, adab, tadabbur ayat-ayat qur'an, latihan sedekah, doa-doa harian dst. Semua aktifitas akan terekam kuat oleh anak (dhabit). Benarlah sebuah ungkapan : 

ما للاباء للابناء 

Apa yang dipunyai ayah akan diwarisi anak. 

Di samping orang tua, anak juga meriwayatkan dari guru. Betapa banyak ahli hadits meriwayatkan dari gurunya. Anak lebih tunduk pada gurunya. Betapa banyak para ulama dalam biografi-biografinya terpengaruh oleh gurunya bahkan meneruskan bidang keilmuan gurunya. 

Di dalam kitab Ta'lim, Sultan Iskandar Dzulqarnain pernah ditanya, mengapa engkau lebih menghormati guru dibandingkan ayahmu? 

لان ابى انزلنى من السماء الى الارض واستاذى يرفعنى من الارض الى السماء 

Karena sesungguhnya ayahku adalah orang yang menurunkanku dari langit ke bumi, sedangkan guruku mengangkatku dari bumi ke langit.  

Guru adalah sebaik-baik ayah bahkan guru adalah ayah dari sisi agama (abuddin) dan ayah dari sisi ruh (aburruh). Bagaimana jika sekolah tidak peduli pada agama dan ruh anak? 

Setelah guru dan orang tua, lingkungan bermain anak juga mejadi sumber informasi bagi anak. Anak akan banyak meriwayatkan dari majelis-majelis ini. Rasulullah memperingatkan serius bahwa teman sampai mampu mempengaruhi agama, dalam sabdanya :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” 

(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Orang tua harus melakukan pengecekan atau verifikasi. Sudahkah anak banyak meriwayatkan dari orang tua? Dari mana anak dapat kata-kata kotor? Hal yang berkaitan dengan iman, adab dan syariat dasar. Huruf hijaiyah, doa-doa harian bacaan shalat, rukun iman yang enam, adab keseharian seharusnya meriwayatkan dari orang tua meskipun nantinya akan disempurnakan oleh guru. Kenapa? Karena waktu lebih banyak dengan orang tua apalagi di masa pandemi covid saat ini. 

Akhirnya, orang tua harus senantiasa perhatian terhadap perkembangan anak. Segala aktifitas perbuatan dan perkataan anak bisa dirunut dari mana riwayatnya. Orang tua harus menjadi sumber matn atau isi kebaikan bagi anak. Perkataan, perbuatan dan diamnya orang tua akan menjadi isi bagi anak. Bahkan perkataan sekecil apapun seperti, assalamualaikum, Allahu rabbi, jazakallah, terima kasih, minta maaf dan minta tolong, semua itu anak dapatkan dari meriwayatkan. Dari siapa? Semoga dari semua, ayah bunda, guru dan lingkungan.

Oleh: Herman Anas

Mewujudkan keluarga muslim yang tangguh di tengah pandemi adalah keharusan dan kesungguhan. Tangguh di sini adalah bagaimana membuat keluarga menjadi mandiri secara lahiriyah dan batiniyah. Indikator penting dalam kemandirian tersebut tidak hanya terbatas dalam menyadari pentingnya hidup bersih dan sehat. Namun juga memahami tentang visi sebagai keluarga muslim, bahagia di dunia hingga ke akhirat.

Foto: Tribun

Pandemi covid-19, memang bukanlah situasi yang mudah dihadapi. Menurut Survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada bulan April 2020, hanya 32% orang tua yang mendampingi anaknya belajar di rumah. Mirisnya, di masa Pandemi Covid-19, kasus kekerasan pada perempuan dan anak di Provinsi Jawa Timur yang terlaporkan di aplikasi SIMFONI sebesar 613 kasus dan 60% tempat kejadiannya ada di lingkungan keluarga. 

Keluarga muslim diharapkan bisa saling menguatkan dan harmonis dalam menghadapi berbagai krisis yang ditimbulkan akibat pandemi Covid 19. Keyakinan yang kuat terhadap takdir Allah membuat manusia ridha dengan sunnatullah. Covid-19 adalah bagian dari sunnatullah. 

Selain tangguh, Keluarga muslim harus memiliki semangat merdeka. Merdeka disini bukan bermakna bebas tanpa ikatan norma dan aturan. Namun, bermakna terjaga dalam mewujudkan visi keluarga muslim. Keluarga yang selalu menjaga kedekatan diri kepada Allah.

Mengutip dari ustadz Budi Ashari dalam Buku Inspirasi Rumah Cahaya, seharusnya visi keluarga muslim seharusnya mencakup beberapa indikator yakni menyejukkan pandangan mata, pemimpin bagi masyarakat bertakwa, terjaga dari api neraka, dan bersama hingga ke syurga.

Mari kita lihat bagaimana Al-Qur’an mengajarkan kita membangun visi ini:

“dan orang-orang yang berkata: ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa (QS. Al Furqon: 74)”

Inilah proses yang harus diperjuangkan dengan tangguh dan dijaga oleh setiap keluarga muslim. Lahirnya generasi yang akan menjadi pemimpin adalah merupakan proses panjang yang dilahirkan dari rahim setiap keluarga muslim. Keluarga adalah tempat yang pertama dan utama untuk lahirnya para pemimpin istimewa yang adil. Mereka yang telah mampu menyejukkan pandangan mata di rumahnya, maka diharapkan kelak saat amanah besar itu datang, akan menjadi pemimpin yang istimewa.

Keluarga penghasil Qurrota ayun (menyejukkan pandangan mata) dan pemimpin bagi masyarakat bertaqwa adalah keluarga yang bercahaya terang. Cahaya yang mampu menerangi setiap sudut hati penghuninya dan setiap jengkal aktifitasnya. Cahaya tersebut ada di masjid. Dari masjidlah hendaknya setiap keluarga mengambil kemilau cahaya itu agar bisa dibawa pulang. Jika jauh dari masjid, tentu jauh dari sumber cahaya.  Masjidlah tempat yang menjadi sumber cahaya itu. Tempat berkumpulnya orang-orang yang beriman untuk bertasbih memuji Allah dan mengagungkan namanya, baik di waktu pagi mau pun petang.

Beginilah harusnya keluarga yang tangguh dan merdeka itu tetap dalam eksistensinya. Keluarga yang konsep hidupnya bersumber dari kebenaran absolut di bawah bimbingan wahyu. Sebuah konsep keluarga yang diusung oleh orang mulia yang terbukti telah menghasilkan pemimpin bumi, pilar peradaban yang membawa cahaya, dikagumi lawan maupun kawan.

Oleh: Budi Eko Prasetya, S.S (Ayah dari empat anak)

13 Agustus 2020

 Asal perbuatan manusia terikat dengan hukum syara. Begitu kaidah perbuatan dalam Islam. Ilmu dulu sebelum beramal. Tidak ada perbuatan yang bebas nilai dan juga tidak ada perbuatan yang tidak ada hukumnya. Oleh karena itu, setiap saat senantiasa dibutuhkan mujtahid untuk menggali hukum-hukum perbuatan hamba. 

Saat seorang hamba sudah mukallaf (baligh) maka sudah mendaptkan taklif (beban) hukum yang menjadi tanggungjawab baginya. Taklif itu dari sang syari, sang pencipta dan pembuat hukum. Akal adalah yang diberi taklif. Saat akal tidak mumayyiz dan baligh atau tidak sempurna maka beban tidak diberikan. Salah satu taklif hukum tersebut adalah menuntut ilmu, beramal dan berdakwah. 

Menuntut ilmu itu dituntut karena hukum syara. Bukan hanya persoalan senang dan tidak senang. Menguntungkan dan tidak menguntungkan atau hanya untuk bekerja. Bahkan urutan ilmu yang didahulukan syara sudah menjelaskan terkait ilmu hal (ilmu yang paling dibutuhkan saat ini) yang perlu didahulukan untuk dicari. 

Beramal juga dikerjakan karena hukum syara. Bukan semata mata karena punya ilmu. Orang yang berilmu tidak otomatis wajib beramal. Seperti orang yang punya ilmu haji dan umrah tapi masih belum mampu secara ekonomi. Orang yang punya ilmu tentang pernikahan tapi dia belum mampu secara ekonomi dan impoten.

Jadi, menuntut ilmu satu hal yang diwajibkan oleh syara dan beramal adalah hal yang lain yang diwajibkan oleh syara. Punya ilmu tidak serta-merta langsung beramal. Ada seperangkat lain yang dibutuhkan dalam beramal, seperti mampu, kuat ekonomi dst. Hingga hukum syara memberikan taklif kewajiban beramal. 

Bahkan ada orang yang punya ilmu tapi tidak diperbolehkan mengamalkan ilmunya. Seperti : orang yang mempunyai ilmu sihir, ilmu yang bertentangan dengan hukum syara (ilmu rentenir, sistem ekonomi di luar Islam, Pendidikan yang tidak berasaskan aqidah Islam)

Begitupun kewajiban berdakwah amar makruf nahi munkar karena hukum syara. Allah berfirman di dalam Al-qur'an :

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ … ﴿١١٠﴾

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS: Ali Imron 110)

Di dalam ayat ini terkandung beberapa hal; pertama, Umat Islam dikatakan umat terbaik. Kedua, mulianya umat Islam adalah dengan dakwah. Ketiga, tegak dan eksisnya umat Islam adalah dengan menjalankan konsep amar ma’ruf nahi munkar.

Di dalam hadits, Rasulullah shallallaahu alayhi wasallam juga memerintahkan untuk merubahnya saat melihat kemungkaran :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ , فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ , وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإيمَانِ

“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Juga hadits yang diriwayatkan dari Amr bin Ash :

بلغوا عنى ولو اية رواه البخارى

Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat (Hadits Riwayat Bukhari).

Sering ada pertanyaan, kamu kok berdakwah, beramar ma'ruf nahi munkar? Kamu sudah sempurna? Apa sudah mengerjakan?. Kewajiban amar ma'ruf satu hal dan kewajiban melakukan kebaikan hal yang lain. Perlu diketahui tiap orang diperintahkan untuk amar ma'ruf dan nahi munkar pada diri sendiri dan orang lain. Dakwah pada diri sendiri tidak menggugurkan dakwah pada orang lain. 

Berdakwah, amar ma'ruf nahi munkar adalah taklif syara. Tidak selalu orang harus beramal dulu. Beramal bukan prasyarat dakwah. Menikah dulu lalu mendakwahkan solusi nikah dalam mengatasi kecenderungan terhadap lawan jenis. Apa karena belum menikah, seseorang kemudian mendakwahkan pacaran atau solusi pacaran?  Solusi sebagaimana yang ditawarkan orang-orang barat di luar Islam mengatasi kecenderungan pada lawan jenis. Tidaklah menunggu berhaji untuk menyampaikan haji, begitupun dalam hal menikah dan mengingatkan kematian. Tidak menunggu mati dulu. 

Bagaimana dengan Firman Allah di susah ash-shaf ayat 3 terkait amat besar kebencian Allah bagi orang yang mengatakan tapi tidak mengerjakan? 

وقد صرح كثير من المفسرين رحمهم الله تعالى أن التوبيخ في تلك النصوص بسبب ترك المعروف وليس بسبب الأمر بالمعروف. فعلى سبيل المثال يقول الإمام القرطبي في تفسير قوله تعالى: أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالبِرِّ... [البقرة: 44] الآية: (اعلم وفقك الله أن التوبيخ في الآية بسبب ترك فعل البر لا بسبب الأمر بالبر).

ويقول الحافظ ابن كثير في تفسير الآية: (وليس المراد ذمهم على أمرهم بالبر مع تركهم له، بل على تركهم له) (الدرر السنية)

Para Ahli Tafsir Rahimahumullahu menjelaskan bahwa celaan di dalam nash-nash disebabkan meninggalkan kebaikan bukan karena amar ma'ruf. Imam Qurthubi dalam menafsirkan al baqarah 144, ketahuilah semoga Allah memberi taufik kepadamu, sesungguhnya celaan di dalam ayat tersebut karena meninggalkan mengerjakan kebaikan bukan sebab memerintahkan kebaikan (amar ma'ruf). Alhafidz Ibnu Katsir, menafsirkan ayat tersebut, maksud celaan tersebut bukan karena mereka memerintahkan kebaikan sedangkan diri mereka meninggalkan, tetapi karena mereka meninggalkan berbuat kebaikan. 

فقد قال الإمام النووي - رحمه الله -: (قال العلماء: لا يشترط في الآمر بالمعروف والناهي عن المنكر، أن يكون كامل الحال، ممتثلاً ما يأمر به، مجتنباً ما ينهى عنه، بل عليه الأمر وإن كان مخلاً بما يأمر به متلبساً بما ينهى عنه، فإنه يجب عليه أمران. أن يأمر نفسه وينهاها، وأن يأمر غيره وينهاه، فإذا أخل بأحدهما، كيف يحل له الإخلال بالآخر)

Imam Nawawi mengatakan, “Para ulama mengatakan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan, masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang lain.”

Akhirnya, menuntut ilmu adalah suatu taklif syara. Beramal kebaikan dan dakwah juga taklif syara. Mengerjakan atau meninggalkan taklif yang satu tidak menggugurkan yang lain. Syair ini adalah nasehat cocok untuk direnungkan. 

إذَا لَمْ يَعِظْ النَّاسَ مَنْ هُوَ مُذْنِبٌ * فَمَنْ يَعِظُ الْعَاصِينَ بَعْدَ مُحَمَّدٍ

Jika orang berbuat dosa tidak boleh memberi nasehat pada manusia, # Maka siapakah kiranya yang akan menasehati orang bermaksiat setelah (wafatnya) Nabi Muhammad?

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab