Kalau ada pertanyaan, "apakah anda cinta dunia?"
Mungkin sebagian orang ada yang jawab iya, ada yang tidak.
Tapi kalau pertanyaannya, "apakah anda cinta discount, obral & harga murah?"
Saya yakin jumhur manusia akan menjawab iya. ðŸ¤
Penulis menjadi MC pada Kajian Ayah. Paling kanan. |
Yah begitulah, harga murah itu memang sesuatu yang mempesona.
Yang tadinya nggak niat beli, bisa berubah pikiran jadi beli.
Bahkan harga murah bisa bikin kita bela-belain menempuh jarak sekian kilometer untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tersedia di warung depan mata kita.
Jujur, saya pun begitu.
Setiap ingin membeli sesuatu, saya rela berlelah-lelah ria untuk berpindah dari satu outlet ke outlet lainnya sekedar untuk membandingkan harga.
Kalau sudah begitu biasanya otak saya berjalan dengan cepat seperti angka-angka di stop watch lomba balap lari.
Barulah setelah itu saya putuskan membeli yang mana.
Sampai suatu hari...
Beberapa tahun lalu saat istri lagi belajar jualan online, masih belum banyak supplier yang dia kenal. Akhirnya dia jual barang yang ada dulu.
Tapi ya gitu, saat dia posting produknya di grup WA, barang jualannya ini kadang kalah bagus atau kalah harga dibanding reseller lainnya.
Lantas apakah Ada yang beli? Ternyata ada ; Temen akrabnya sendiri.
Saat kami antar barang tersebut ke rumahnya, saya lihat istri dan temennya ini malah bercanda ria kaya lagi reunian.
Pernah juga kami belajar bikin sebuah makanan. Meski masih nggak PD dengan rasanya, kami tetap nekat posting makanan tersebut di status WA.
Apakah ada yang japri? Alhamdulillah Ada ; temennya istri yang lainnya lagi.
Dia pesan untuk konsumsi acara di sekolahnya. Padahal kami tau, ada temen lain yang sudah dikenal jualan makanan yang sama dengan kami, dan bisa ngasih harga lebih murah karena usahanya sudah jalan.
Setelah acaranya selesai, kami menemui temen yang pesan tersebut untuk nagih pembayarannya, lagi-lagi saya lihat istri dan temennya ini malah asyik ngobrol kangen-kangenan.
Saya pun penasaran, Kenapa temen-temennya istri ini mau beli jualan kami ya?
Bukankah mereka juga ibu-ibu yang harusnya penuh perhitungan demi stabilitas keuangan rumah tangganya?
Bukankah mereka harusnya lebih memilih makanan yang rasanya sudah pasti & lebih murah demi reputasi di tempat kerjanya?
Setelah saya perhatikan cara mereka saat menyambut istri saya...
mungkin dengan cara ini mereka masih bisa menjalin pertemanan dengan istri saya yang sudah berjalan tahunan.
Mungkin dengan cara ini mereka masih bisa bertemu langsung di dunia nyata dengan istri saya di sela-sela kesibukan & rutinitas mereka di rumah masing-masing.
Ya...ada hal lain yang lebih mereka utamakan dibanding mengejar harga murah.
Pertemanan memang tidak bisa dikasih label harga...apalagi di discount.
Kebiasaan saya untuk mencari harga murah masih belum hilang. Cuma sekarang saya sudah sedikit paham, kapan waktunya nyari harga murah & kapan waktunya nyari maslahat.
Untuk kebutuhan sehari-hari, kami cukup beli di warung depan rumah saja, yang bila dilihat isi etalasenya seperti warung yang "hidup segan mati tak mau".
Setelah dari pagi sampai malam saya sudah disibukkan dengan jualan dan ngurus anak, mungkin dengan cara ini saya masih bisa menyapa dan ngobrol dengan tetangga ini, orang terdekat yang ikut menjaga keluarga saya saat saya sedang tidak di rumah.
Untuk barang kebutuhan lain yang ndak ada di warung tersebut, kami beli di Bazaf. Bagaimana dengan harganya? Sama saja, kadang beberapa barang sedikit lebih mahal dibanding tempat lainnya.
Tapi...mungkin dengan cara ini saya bisa punya ikatan bathin dengan wali santri lain, yang mana anak-anak mereka sehari-harinya ngumpul sama anak saya di sekolah ini.
Mungkin dengan cara ini, saya bisa belanja sambil berinfaq. Ikut berkontribusi untuk kuttab meski nilainya hanya seujung kuku.
Dan...mungkin dengan cara ini, salah satu bentuk terima kasih saya buat lembaga yang dengan ikhlas sudah susah payah mendidik anak saya...
yang terbukti saat "belajar di rumah" selama pandemi, meski sudah berusaha susah payah juga, ternyata kami tidak sanggup, bahkan hanya sekedar untuk menjaga adab dan hafalan anak saya, yang sudah didapatnya susah payah dari Kuttab.
Semoga Allah menjaga hati dan keikhlasan kita semua.
Buyung Eko.
Wali santri & konsumen Bazaf.