Tantangan dan ancaman kaum kafir Quraisy terus merintangi dakwah selama di Mekkah. Allah memerintahkan Rasulullah untuk berhijrah ke Madinah.
Di tengah gemuruh hati meninggalkan bumi Allah yang paling dicintai-Nya, Rasulullah melantunkan do’a: “ Segala puji bagi Allah yang telah menciptakanku dan sebelumnya aku bukanlah apa-apa. Ya Allah kuatkanlah aku menghadapi teror dunia, rintangan-rintangan tahun, dan musibah siang dan malam. Ya Allah temanilah aku dalam perjalananku, berilah pengganti untuk keluargaku yang aku tinggalkan, berkahilah apa yang Engkau berikan kepadaku, tundukkanlah aku kepada-Mu, luruskanlah akhlakku, buatlah aku mencintai-Mu dan janganlah Engkau buat aku tergantung kepada manusia.”(Sirah Nabawiyah)
Kemudian Rasulullah dan Abu Bakar Ash Shiddiq berjalan dengan perlindungan Allah meninggalkan gangguan orang-orang musyrik. Meski Rasulullah telah menempuh sebab-sebab keselamatan/ikhtiar, tapi beliau tidak pernah bersandar pada itu semua. Beliau yakin sepenuhnya kepada Allah, bahwa Allah pasti akan menolong hamba yang berjuang di jalan-Nya. Beliau senantiasa berdo’a dengan do’a yang diajarkan oleh-Nya, “Dan katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan pula aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolongku.” (QS. Al Isra’:80)
Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada Rasulullah agar beliau berdo’a dengannya dan agar umatnya belajar bagaimana berdo’a kepada Allah dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, termasuk dalam perjuangan hijrah di jalan Allah. Tidak perlu merasa takut ataupun khawatir ketika kita memilih berhijrah dalam ketaatan kepada Allah. Sebagaimana Rasulullah menenangkan Abu Bakar ketika beliau merasa khawatir saat berada di dalam gua. Diriwayatkan dari Abu Bakar, beliau berkata kepada Nabi, “Sekiranya salah seorang dari mereka (kaum musyrik & kafir Quraisy) melihat di bawah kaki mereka, pasti mereka melihat kita.” Lalu Rasulullah bersabda, ” Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu jika kita berdua dan yang ketiganya adalah Allah?” dalam riwayat lain, “Tenanglah Wahai Abu Bakar, jika kita berdua, maka yang ketiganya adalah Allah.” (HR. Bukhori)
Dan benarlah, Allah menolong Rasulullah dan Abu Bakar yang berada di dalam gua melalui tentara-Nya, laba-laba yang membuat sarang di mulut gua. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad. “Bahwasanya orang-orang musyrik berjalan menelusuri jejak sehingga ketika mereka sampai di gunung Tsur, terjadi perselisihan di antara mereka, kemudian mereka menaiki gunung dan melewati gua. Orang-orang musyrik melihat di atas pintu gua terdapat jaring laba-laba kemudian berkata, ‘Jika ada seseorang yang masuk ke dalam gua ini pasti tidak akan ada jaring laba-laba di atas pintunya.’
Demikianlah perjuangan hijrah Rasulullah dari Mekkah menuju tempat yang mendukung bagi ketaatan di jalan Allah, Madinah al Munawwaroh. Tempat yang menjadi titik awal terbitnya fajar kejayaan Islam.
Meski besar pengorbanannya, meski berat perjuanganya, meski godaan nikmat dunia harus digadaikannya, tapi keyakinan akan janji Allah dan bisyarah Rasulullah menjadi energi yang menggerakkan langkah hijrah menuju ridho-Nya.
“Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar kalau mereka mengetahui.” (QS.An Nahl: 41)
Semangat muharram seharusnya menginspirasi kita untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan di hadapan Allah. Hijrah untuk berubah menjadi lebih baik lagi, lebih taat lagi, agar kita menjadi orang-orang yang beruntung, selamat dunia dan akhirat, “ Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, siapa yang hari ini keadaannya sama dengan hari kemarin maka dia merugi, dan siapa yang keadaannya hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka.“
Semangat Muharram. Semangat perjuangan Rasulullah dan para sahabat menjadi inspirasi hijrah yang tak kan pernah padam. Keteladanan untuk terus-menerus meningkatkan ketaatan. Meninggalkan kecintaan duniawi kepada apa-apa yang Allah cintai. Harta, keluarga, bahkan nyawa menjadi taruhannya. Semua dikorbankan untuk membuktikan besarnya cinta kepada Allah semata. Termasuk perjuangan meninggalkan riba, memilih keluar dari pekerjaan yang tidak diridhoi-Nya, meninggalkan kemaksiatan dan segala apa yang Allah larang merupakan wujud berhijrah di jalan Allah.
Kisah Rasulullah dan Abu Bakar menjadi penguat keyakinan kita, agar kita tidak merasa takut, khawatir, ragu ataupun sedih atas apa yang kita tinggalkan. Yakin akan pertolongan Allah untuk hamba yang berhijrah di jalan-Nya.
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. An Nisaa’:100
Wahai generasi yang bermodal keyakinan, berharap kebesaran, mari perbanyak bekal untuk senantiasa berhijrah di jalan Allah. Semangat muhasabah dan terus berbenah. Luruskan niat setiap perjuangan agar bernilai lillah. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat dalam berdakwah.. Berjuang berhijrah. Hingga Islam bercahaya ke seluruh penjuru dunia begitu indah.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nur ayat 55)
Ketika Islam bercahaya, semua akan menikmati indah naungan syariat-Nya. Ketenangan hidup dengan nafas Islam, kejernihan berfikir sebening mata air, rahmat dalam segala aspek kehidupan, bahagia dalam keridhoan-Nya dan surga menjadi akhir kenikmatan kekal selamanya.
"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda, dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS at-Taubah [9]: 20-22).
Hempaskan setiap lelah, jadikan janji Allah sebagai penguat di saat iman turun melemah. Yakinlah bisyarah Rasulullah tak pernah salah. Kita hanya perlu bersabar atas perjuangan yang sejatinya hanya sebentar. “Barangsiapa bersabar dengan kesusahan yang sebentar, maka ia akan merasakan kenikmatan yang panjang” (Thoriq bin Ziyad)
Ya Allah bimbinglah kami..
Oleh: Weta Nur Rohmah