Tahun 1492 M, telah berlalu 8 abad semenjak kegemilangan Thariq bin Ziyad yang membebaskan Andalusia (711 M) dari perbudakan manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah lewat jalan Islam, kota Granada-Andalusia dikepung oleh tentara Salib Kristen Katolik. Alih-alih bertempur mempertahankan diri, Sultan Abu Abdillah (Sultan Muhammad XII) ternyata memberikan semua kekuasa-annya kepada Nasrani. Ia tidak memilih mempertahankan kehormatan Islam dengan terhormat melalui jalan jihad. Ia malah menyerah. Menurut sangkaannya itu adalah jalan yang aman. Keuntungan duniawi yang dihitung-hitungnya, Ia bermimpi kembali ke tanah Maroko beserta keturunannya.
Namun Apa yang terjadi kemudian?
Mulailah sejarah yang kelam. Islam dibantai dengan berbagai cara di Spanyol dan portugis. Rumah-rumah kaum Muslimin dibakar dibumi-hanguskan, yang menolak murtad disiksa bahkan dibunuh, sedangkan sisanya dipaksa memeluk agama Nasrani. Genosida terhadap umat Islam tersebut merupakan yang pertama di Eropa, sebagai kejahatan besar terhadap kemanusiaan. Kaum Muslimin dipaksa menelan pilihan yang pahit: tetap tinggal di tanah Spanyol dengan catatan harus murtad/dibunuh atau diusir keluar dari Spanyol. Sejarawan mencatat 250.000 hingga 350.000 jiwa mengungsi ke pantai utara Maroko dan Tunisia.
Kini Kita tidak melihat cahaya Islam di Spanyol dan Portugis. Seolah-olah Islam tidak pernah didakwahkan di tanah ini. Lalu bagaimana dengan nasib Raja Abu Abdillah yang lari dari panggilan jihad? Di kemudian hari diketahui ternyata ia dan anak keturunannya hidup miskin dan meminta-minta. Inilah balasan bagi mereka yang meninggalkan jihad.
Pelajaran berharga dari tanah Spanyol. Islam yang dulunya berkibar menerangi dunia melalui tanah Spanyol selama 8 abad namun kini tiada sisa sedikitpun. Sungguh tragis! Apa yang menyebabkan tidak turunya bantuan dari langit? Apa sebabnya hingga mereka dibantai? Apa sebabnya Islam di Spanyol benar-benar hilang tak berbekas?
Diantara penyebabnya adalah:
1. Cinta dunia
Perebutan kekuasaan menye-babkan bangsa Moor (penduduk Muslim Spanyol) yang memeluk Islam saat itu terjangkiti penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), mereka bergelimang maksiat, saling bertikai, sampai-sampai rela menyerang saudara hanya untuk mendapatkan tahta kerajaan. Pertikaian sesama Muslim ini tentu selain melelahkan, menguras tenaga, dan membingung-kan umat. Energi yang seharusnya difokuskan untuk membangun kekuatan menghadapi musuh malah dihabiskan untuk mengganyang sesama saudara. Musuh di kejauhan cukup ongkang-ongkang kaki sambil menunggu saat yang tepat melumat kedua belah pihak dari kaum Muslimin. Fenomena ini terjadi berulang kali dalam sejarah. Bahkan tak luput juga dalam sejarah Nusantara saat dijajah oleh bangsa Kafir. Tidakkah kita mengambil pelajaran?
2. Meninggalkan jihad.
Begitu cintanya bangsa Moor saat itu dengan dunia hingga tidak ada panggilan untuk berjihad disaat agama mulai diinjak-injak oleh musuh. Tentara Nasrani menyusupkan budaya-budaya kemaksiatan yang merusak kehidupan Islam, namun umat pada saat itu malah terseret arus sehingga hilang amar ma’ruf nahi munkar. Maka Allah mencabut rasa takut dari musuh-musuhnya yang mendorong orang-orang kafir berani menyerang kaum muslimin.
3. Meminta bantuan kepada non muslim
Ibarat ada dua domba yang saling berseteru memperebutkan ladang rumput, kemudian meminta srigala jadi hakim diantara mereka. Maka sang serigala akhirnya memakan kedua domba tersebut. Inilah yang terjadi di Spanyol. Mereka meminta bantuan orang-orang Kafir untuk melawan saudaranya sesama muslim, bahkan ayahnya demi mendapatkan tahta. Tentu saja, pihak non-muslim (Nasrani) bersatu untuk menghabisi umat Islam. Inilah kenapa Allah melarang kita menjadikan non muslim sebagai wali/pelindung/pemimpin.
4. Lunturnya iman.
Maraknya kebodohan akan merajalelakan kemaksiatan. Umat tidak bisa membedakan salah-benar. Permasalahan yang terjadi di tengah kaum Muslimin tidak diselesaikan dengan jalan yang sesuai agama. Saat agama dianggap tidak lagi penting dan masjid menjadi sunyi kemudian gaung jihad tidak terdengar, di saat itulah jurang kehancuran umat Islam menganga.
Renungan
Kondisi terpuruk yang menimpa umat Islam tidak hanya terjadi saat itu, melainkan berulang di berbagai zaman ketika umat semakin jauh dari Tuhannya. Tengoklah catatan keruntuhan pusat Islam di Turki tahun 1924, dan puluhan perpecahan kerajaan-kerajaan Islam lainnya akibat politik devide et impera di tanah air. Kini kondisi umat Islam di penjuru dunia termasuk juga Nusantara rupanya sedang diuji untuk yang kesekian kalinya.
Siapa yang tidak sedih melihat kondisi ini. Layaklah kita untuk menangis. Menangislah wahai umat Islam akan dosa-dosamu. Mohonlah kepada Tuhanmu dengan sungguh-sungguh. Jangan seperti penduduk Andalusia yang menangis ketika mereka sudah kehilangan segalanya. Bangkitlah kala umat Islam ditindas dan kitab sucinya dihina dengan mengorbankan harta, tenaga, dan waktu kita untuk membela agama.
Kalaupun tidak banyak yang kita bantu, tunjukkan semua ghiroh kalian yang tersisa ketika saat ini umat Islam sedang diintai dari segala penjuru. Marilah kita ketuk pintu langit dengan tangisan do'a iba kita kepada Allah Al Malik untuk para ulama, para syuhada, pejuang Islam, dan semua saudara kita.
Marilah kita pelajari sebab-sebab kejatuhan Islam dalam lembaran-lembaran sejarah. Sebab di balik itu juga terdapat lembaran-lembaran emas yang mengukir kegemilangan peradaban langit ini di muka bumi. Sejarah itu selalu berulang. Akankah kita menjadi pelaku dan saksi terulangnya sejarah kelam ataukah sejarah gemilang? Semua itu dikembalikan kepada amal perbuatan kita sendiri, karena:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d/13:11].
Ya Allah bimbinglah kami...
Wallahu a’lam Bishowab
oleh Ustadz Ainur Rhain (PJ Syariah) dan Gilig Pradhana (Pengelola) di Kuttab Al-Fatih Jember