02 Januari 2021

(Diary) Untuk Anak-anakku

Saya masuk SMP tahun 1991, ketika presiden kita masih bapak Soeharto Rohimahullah, dan pecahan uang terbesar masih Rp 10.000.

Meski masa itu sudah berlalu tiga dekade, tapi cukup banyak pernak pernik generasi 90'an yang saya masih ingat sampai sekarang.

Salah satunya adalah buku diary.



Mungkin sama dengan remaja 90'an lainnya di Jember, saya yang saat itu bersekolah di Jakarta Timur sempat merasakan trend yang satu ini. 

Si pemilik buku diary akan memberikan bukunya ke teman-teman satu kelas, dan meminta mereka menulis apa saja.


Isi tulisannya bermacam-macam, tergantung yang menulis. Ada yang tulisannya agamis banget, ada kata-kata mutiara, lirik lagu, puisi, lucu-lucuan, sampai ada juga yang numpang curhat.


Agar terlihat gaul, tidak lupa tulisannya menggunakan kata/kalimat yang sedang nge-trend saat itu : kesian deh loe, oke deh kakak atau au ah gelap. 

Dan yang cukup aneh adalah gaya tulisan model begini : agakugu cigintaga kagamugu. 🤦‍♂️


Karena diary ini ditulisnya bergantian, berpindah dari satu anak ke anak lainnya, membuat kita bisa melihat dan membaca tulisan anak lain. Dari situ muncullah komentar, gosip sampai nyinyir.

Kalau diperhatikan, yaa...mirip-mirip facebook atau jejaring sosial lainnya saat ini lah. 


Saya sendiri belum pernah beli buku diary model begini. Tapi entah sudah berapa banyak tulisan saya yang mengisi buku diary teman-teman.

Saya membayangkan saat ini mereka membuka lagi buku diary mereka setelah 30 tahun, setidaknya mereka jadi ingat pernah punya teman bernama buyung. 

Dan meski mereka tidak punya foto/kontak saya saat ini, mereka masih bisa membayangkan, "tulisan si buyung ini keliatan ya kalau dulu anaknya culun". 🤦‍♂️


Sekitar akhir Juli lalu setelah berdiskusi dengan ust. Wiwit, pak Amri dan pak Yusuf,  saya diberi kesempatan untuk lebih menghidupkan Grup WA Bazaf ini dengan membuat tulisan. Dan alhamdulillah, tulisan yang sedang jenengan baca saat ini sudah yang ke-10.


Bukan. Ini bukan masalah jumlah. Sedikit atau banyak itu relatif. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah content nya sudah baik dan benar? apakah tulisan saya bisa memberi manfaat? Dan lagi-lagi...ini pun relatif. Mungkin jenengan yang lebih bisa menilai.


Ketika ust. Gilig memasukkan tulisan saya ke mediaalfatih.blogspot.com, terus terang saya merasa nggak PeDe. tulisan para ustadz ustadzah disana jauh lebih baik dari saya.


Tapi saya teringat lagi dengan buku diary tadi. Saya yang tidak punya diary, foto & kontak teman-teman SMP sama sekali, seperti blank kehilangan jejak masa lalu. Ditambah lagi saya sudah tidak bermain medsos lagi. Seolah-olah setelah SD saya langsung SMA. 🤦‍♂️


Itulah kenapa saya masih menyempatkan menulis, meski tulisan saya yaa pancet ngunu ae. Tapi saya berharap ini akan jadi jejak digital, yang bisa menjadi pengingat untuk semua.


Pengingat? Untuk apa?


Yaa...yang pasti pengingat untuk saya sendiri. Apa gunanya saya menulis & memposting kebaikan, kalau saya sendiri tidak melakukannya?


Dan jauh kedepannya...saya berharap tulisan saya bisa jadi pengingat untuk "anak-anak saya"...seluruh santri KAF Jember. ☺️

Apalagi sebagian dari mereka sudah ada yang siap masuk SMP (madrasah) tahun ini.


Saya membayangkan 30 tahun dari sekarang, ketika internet masih ada, ketika blog mediaalfatih masih bisa diakses, ketika anak-anak KAF tersebut insya Allah sudah jadi "orang", lantas mereka membaca tulisan saya... setidaknya mereka tahu dan ingat, pernah ada wali santri bernama pak buyung...yang menulis sesuatu untuk mereka.


Dan ini yang ingin saya sampaikan :


Untuk anak-anakku yang membaca tulisan ini entah berapa tahun dari sekarang...


Jika kalian baca tulisan-tulisan saya yang banyak memuji orangtua kalian, percayalah nak...itu jujur dari hati. Saya tahu, orangtua kalian sudah berusaha ikhlas menyembunyikannya. Tapi maaf, saya lihat ada peluang pahala disini.


Orangtua kalian yang berbuat baik, saya yang menceritakannya lagi lewat tulisan, lantas menjadi inspirasi wali santri lain dan mereka mengikutinya, bukankah saya dapat pahala? Lumayan kan jadi makelar pahala? Hehehe.


Untuk anak-anakku yang membaca tulisan ini entah berapa tahun dari sekarang...


Coba kalian cek apakah Kedai Sholeh Juara masih ada? Jika iya, sempatkanlah main kesana, nak...


Di sana bukan sekedar tempat makan dan bersantai. Dulu orangtua kalian pernah buka puasa bersama, sholat bersama dan aktif mengaji disitu.

Coba kalian duduk di area sisi timur, dan rasakan...disitu dulu bunda, umi, mama kalian mengaji kitab Syu'abul Iman sambil menunggu kalian pulang belajar.


Untuk anak-anakku yang membaca tulisan ini entah berapa tahun dari sekarang...


Apa kabar orangtua kalian saat ini? Jika mereka masih ada, jangan pernah berhenti berbakti kepada mereka ya nak...

Berikan kecupan hangat di kening mereka saat kalian berangkat kerja. Sebagaimana yang saya lihat mereka melakukannya saat mengantar kalian ke tempat kalian belajar.


Jika orangtua kalian saat ini sudah tidak ada, jangan pernah berhenti membaca istighfar untuk mereka ya... Kunjungi teman-temannya orangtua kalian, khususnya para wali santri KAF Jember.


Asal kalian tahu ya...mereka dulu sangat cepat responnya saat mendengar ada wali santri yang sakit, melahirkan, atau anggota keluarga yang meninggal, meski dengan wali santri yang anaknya tidak sekelas dengan kalian.


Untuk anak-anakku yang membaca tulisan ini entah berapa tahun dari sekarang...


Sudah berkunjung ke rumah ustadz ustadzah kalian, nak?


Hormati guru kalian sampai kapanpun yaa...meski saat ini mungkin ilmu kalian lebih banyak dari guru-guru kalian semasa di Kuttab. Sebagaimana orangtua kalian pun dulu sangat respek kepada mereka.


Sekarang kalian paham kan, kenapa ilmu kalian berkah hingga kalian bisa sholeh dan jadi "orang" seperti sekarang?


Jagalah adab & iman yang pernah ustadz ustadzah ajarkan kepada kalian, ya...

Saya berdoa, semoga kalian semua menjadi orang yang bertaqwa dimanapun kalian berada, sampai akhir hayat kalian".


Oh, satu lagi...

"Pagak Buguyugung cigintaga kagaligiyagan segemuguwaga."


Jember, 5 Januari 2021.

Yang biasa mengantar barang pesanan orang tua kalian.


Ayahnya Emil Saleh KA3C

Mengenal Kuttab

Kuttab ialah Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun yang mulai diaplikasikan sejak bulan Juni 2012, yang kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an. Kurikulum yang dirumuskan dalam diskusi rutin sejak 5 tahun silam dan dijadikan modul-modul panduan dalam pembelajaran. Lembaga yang menggali kurikulumnya dari kitab-kitab para ulama berlandaskan Al-Qur’an dan Assunah. Lembaga Pendidikan yang memprioritaskan tahapan pendidikan.


Konsep kuttab bukanlah hal yang baru, hanya sudah terlalu lama sejarah peradaban ini terbenam oleh debu-debu zaman. Al-Fatih berusaha untuk mengawali membuka kembali lembaran – lembaran sejarah itu yang terlipat. Maka lahirlah di tahun 2012, bermodal keyakinan berharap kebesaran.

POSKU

Blog ini dikelola oleh Persatuan Orangtua Santri Kuttab (POSKU) Al-fatih Jember

Kontak kami

Address: Jl. Kartini 52 Jember (Depan Upnormal) | Telp: (Penanggung Jawab) 0895-362-303030 / 0822-3376-9000

Denah

Denah
Klik kanan > Open image in new tab